Tuesday, March 30, 2010

Penerimaan Murid Sekolah Dasar, Satu Lagi Pelajaran Berharga Sebagai Orangtua

Pagi ini, kelabu menyelimuti jiwa saya.
Hari ini adalah pengumuman penerimaan murid baru di sebuah sekolah dasar tempat saya mendaftarkan anak sulung saya yang baru akan memasuki jenjang sekolah dasar.
Kebetulan mamanya anak2 sedang mengawasi ujian nasional di sebuah SMP. Mau tidak mau sebelum ke kantor saya sempatkan mampir untuk melihat pengumuman di sekolah tersebut.
Sebelumnya saya sangat pede bahwa anak saya akan diterima setelah melalui sebuah test. Anak saya memang belum lancar membaca meski telah mengenal semua  huruf alphabet. Ketika mendaftar pihak sekolah sempat mengatakan bahwa yang penting si anak telah mengenal dasar membaca, tidak harus lancar. Maka saya merasa tenang-tenang saja dan yakin bahwa anak saya bakal diterima.
Maka sesampainya di sekolah tersebut saya segera menghampiri papan pengumuman di dekat gerbang sekolah tersebut dimana saya lihat beberapa ibu-2 sedang mencari-cari  nama anaknya. Segera saya cari nama anak saya di tengah kerumunan beberapa ibu-ibu. Karena postur saya lebih tinggi, maka mereka maju di depan saya.
Silih berganti ibu2 di depan saya yang telah menemukan nama anaknya, namun belum juga saya temukan nama  anak saya. Saya terhenyak sekian lama sambil menatap papan tersebut, masih berharap bahwa saya terlewat membaca ke seratus enam puluh deretan nama anak tersebut.
Akhirnya saya menyerah. Nama anak saya tidak ada. “Anak saya tidak diterima”.
Tiba-tiba terlintaslah dalam benak tentang kemalasan2 saya mengajari anak saya sendiri untuk membaca. Betapa sebagai orangtua, sedikit sekali saya mencurahkan perhatian saya untuk anak saya. Selama ini sebagai pembenaran terhadap kemalasan saya, saya menganggap kasihan sekali anak-2 yg masih senang bermain, harus belajar dengan serius hanya untuk ambisi kedua orangtuanya yang ingin anaknya dianggap pintar. Sedih sekali hati saya ketika melanjutkan perjalanan ke kantor.
Dalam perjalanan ke kantor, di antara kesedihan saya teringat sebuah cerita motivasi.
Adalah Nancy Matthews Edison, seorang ibu yang mempunyai anak berumur sekitar empat tahun, suatu hari mendapati anaknya yang rada tuli tersebut pulang lebih awal membawa surat dari guru taman kanak-kanak tempatnya bersekolah. Kata si guru di surat tersebut,”Tommy, anak ibu, tuli dan bodoh. Saya harap ibu mengeluarkannya dari sekolah ini”.
Si ibu terhenyak membaca surat tsb dan segera membuat tekad yang kuat dalam hati, “Anak saya Tommy, memang agak tuli. Tapi ia bukan anak yang bodoh. Saya sendiri yang akan mengajarinya dan membuktikannya”.
Nyonya Nancy mengajari Tommy dengan pendidikan rumahan (Home Schooling) dan benar2 membuktikan tekadnya. Kelak seluruh dunia mengenal Tommy berkat kejeniusannya. Dialah si pemegang patent  lebih dari 1000 macam penemuan penting di dunia ini, Thomas Alfa Edison. “Si bodoh” ini dikenal sebagai penemu lampu pijar, yang tanpa dirinya mungkin kita masih membaca di malam hari menggunakan lilin.
Cerita saya memang tidak sedramatis Nancy dan Tommy. Namun tekad dan semangat Nancy sangat ingin saya miliki.
Anak saya tidak bodoh, saya sangat yakin dengan hal ini. Apalagi hanya karena tidak diterima di sekolah itu. Ini hanyalah akibat dari sebuah proses seleksi yg saya tidak kami perkirakan sebelumnya. (Perasaan waktu saya mau masuk SD dulu nggak pake proses yg beginian)
------------
“Mari Nak, terus belajar yang giat! Kita buat sekolah ini ‘menyesal’ karena telah menolak menjadikanmu salah seorang siswanya.”
“Ayah yakin, kamu pasti bisa…”

 

Friday, March 26, 2010

Kado Dari Sahabat

bapakku adalah orang pertama yang membawaku mengarungi dunia buku
bapak yang menyediakan begitu banyak buku untuk ukuran sebuah keluarga
yang tidak begitu  berada.
anak-anaknya –ketika masih kecil- belum tentu dibelikan mainan,
bahkan kalau kami merengek sekalipun
tetapi untuk buku, ia hampir pasti memberikan buku yang kami minta

saat masih kecil itulah awal perjumpaanku dengan old shatterhand dan winnetou,
tokoh rekaan karl may di padang prairi amerika yang bukunya saat ini ada di tanganmu
seperti kata goenawan mohamad, “buku-bukunya telah memberi sesuatu yang berharga
di masa remaja kita, yaitu keindahan dan kekuatan persahabatan…”
dua hal yang aku harap akan kamu temukan
saat membaca lembar demi lembar buku-buku ini
juga pada saat kita menjalani sisa hari yang terserak dalam kembara panjang
persahabatan kita

howgh!
sahabatmu
*************************************************************
Demikian surat pengantar dari sahabat saya, akan sebuah hadiah yang sangat berharga yang saya dapatkan sore ini, empat jilid novel (Tetralogi) Winnetou, sebuah karya pamungkas dari Karl May.
Kali ini saya tidak akan menceritakan isi buku ini karena saya memang belum membacanya (mungkin jika sudah selesai nanti akan saya tulis ‘review’ -nya). Saat ini saya akan sedikit bercerita mengenai sahabat saya yang satu ini.
Kami berkenalan saat satu kelas di kelas satu SMA, disatukan pula dalam sebuah organisasi kerohanian di sekolah dan kemudian jadi sering ‘runtang runtung’ berbarengan. Kami dipisahkan oleh jarak ketika saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Yogya.
Sempat melanjutkan romantisme persahabatan kami dengan saling berkirim surat. Namun Seiring waktu kami tenggelam dalam urusan masing-masing. Ketika kembali ke Jakarta, sempat runtang-runtung lagi dan kemudian ‘berjauhan’ lagi setelah masing2 disibukkan urusan pekerjaan dan  kami mulai menjalan kehidupan berkeluarga. Ada rentang waktu panjang dalam beberapa periode saya kehilangan komunikasi dengannya. Rentang waktu panjang yang juga saya sesali, dimana saat itu saya seakan kehilangan identitas diri.
Saat ini, saat saya merasa mulai ‘nyambung’ lagi dengannya merupakan momen yang tepat untuk menghidupkan kembali semangat persahabatan sejati kami, yang kami ikrarkan saat SMA dulu, yang tidak dapat ternilai dengan apapun.
Pribadinya sangat saya kagumi. Seorang yang berkarakter dan punya prinsip kuat dalam menjalani hidup ini. Membuat  saya malu bila berkaca dan melihat yang saya temukan pada diri saya hanyalah bayangan seorang yang tidak punya pendirian dan cenderung menjadi seorang hipokrit.
Kegemarannya membaca membuatnya seakan akan jadi ‘Tuan Segala Tahu’ dan membuat saya kerap terbengong bengong tidak mengerti. Ketajaman pena dan naluri  jurnalistiknya membuat saya malu jika ia membaca tulisan saya.
Pengalaman hidupku sangat pelangi, begitu yang pernah dikatakannya. Membawa kebaikan bagi orang2 di sekelilingnya. Memberi pencerahan bagi sekian banyak orang. Sementara saya tenggelam menjadi seorang yang egois, selalu menutup mata terhadap dunia sekitar, dan tidak pernah berbuat apapun bagi sesama.
Seolah, di masa ‘kejauhan’ kami, dia banyak mempelajari beragam hal dalam hidup ini dan memaknainya. Sedang saya cuma menyia-nyiakannya dan melewatkannya begitu saja.
Demikian sekilas mengenai sahabat saya yang saya kagumi. Yang membuat saya sangat beruntung mempunyai teman sepertinya.
Sekarang saya mau baca dulu buku pemberian darinya...yaa..

Sahabat…
Betapa bahagia berjumpa
Salamku…
Untuk berbagi beban
Kita saling mengisi
Tak perlu kita sendiri…..
(Sung by : KLA Project, satu dari band kesukaan kami berdua)

Kelak..kita wujudkan mimpi kecil kita
Bergenggam tangan erat saat menjejakkan kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa.




Thursday, March 25, 2010

Ikutan Komen Soal Ditundanya Kunjungan Obama ke Indonesia

Kemarin pagi sewaktu istri saya baru memindah saluran TV dan melihat berita tentang batalnya kunjungan Presiden Amerika Barrack Obama yang sangat dinanti-nantikan sebagian masyarakat Indonesia, spontan ia berkomentar. “Alah-alah…kayaknya lebay banget deh! Orang tinggalnya di Indonesia waktu itu masih kecil, mana mungkin dia inget (tentang Indonesia). ” katanya. Saya yang tadinya ikut-ikutan bangga ketika presiden negeri yang sok jadi polisi dunia itu dengan fasih menyebutkan nama beberapa makanan yang dijajakan keliling seperti sate dan bakso jadi mikirin komentar istri saya tersebut.

Saya coba putar memori otak saya yang sudah mulai sering ‘heng’ ini ke masa ketika saya sekolah dasar. Karena sedari kecil saya  tinggal di Jakarta, mungkin lebih mudah bagi saya untuk mengingat masa-masa kecil saya. Mengingat-ingat suatu kejadian pasti berhubungan dengan para pelaku kejadian, yang dalam hal ini berarti apa yang saya lakukan bersama keluarga ataupun teman-teman saya di masa kecil dulu.

Kebetulan teman-teman sekolah dasar saya banyak yang berasal dari taman kanak kanak yg sama. Bahkan banyak juga yang melanjutkan ke SMP yang sama. Sepatutnya ingatan saya akan masa kecil saya di Indonesia (baca : Jakarta) lebih kuat dari ingatan Barrack Obama tentang Indonesia. Apalagi secara usia saya jauh lebih muda dibandingkan beliau. Apa bisa ya beliau ingat teman-teman main waktu kecil yang jelas jelas berbeda bangsa dan warna kulit, yang pastinya menyebabkan pula hambatan-hambatan dalam berkomunikasi?

Yang juga bikin saya tidak mengerti, bagaimana presiden kulit hitam pertama di Amerika itu bisa mengingat bahwa negeri ini adalah negeri yang kaya akan keragaman. Melihat keragaman di Indonesia membantu membuatnya mengerti dan memahami bahwa dunia ini penuh dengan keragaman, begitu kira-2 yang dikatakannya.

Duh..kayaknya waktu kecil dulu, nggak sempat terlintas oleh saya deh, mengenai keragaman ini (maksudnya apa yang saya alami sehari-hari secara empiris selain pelajaran mengenai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang didapat dari sekolah). Bisa jadi mungkin sensitifitas dirinya sebagai orang asing yang membuatnya lebih peka akan situsi dan kondisi sosial di Indonesia. Namun saya jadi sempat berburuk sangka bahwa Obama baru mempelajari tentang Indonesia, negeri yg pernah jadi tempatnya bermukim, justru setelah ia dewasa.

Apapun, buat saya Obama akan bisa membuat saya bangga jika ia tidak ikut-ikutan seperti kedua bapak-anak Bush yang sok jadi polisi dunia, namun membunuh ribuan masyarakat sipil tak berdosa. Saya akan angkat jempol untuk Obama manakala Amerika tidak mendikte urusan politik dalam dan luar negeri kita, apalagi dengan ancaman embargo senjata seperti yang pernah mereka lakukan.

Come on, Barry! You need to prove that you are the best American President with your best policy and real action. Not only showing that you could perfectly mention names of Indonesian food. 

Saya katakan pada istri saya, “waktu saya kecil tinggal di Italia dulu  saya sangat suka Pizzzzzzzaaaaaa... dan waktu tinggal di Amerika saya selalu ingat akan tukang hamburgerrrrrrrr……….” (Emang sapa luhhh..)

Thursday, March 18, 2010

Surat Buat Anakku Tersayang

  
Beberapa bulan lalu, anak sulung saya diminta gurunya di TK B (nol besar) untuk membawa surat yang ditulis oleh orangtuanya. Rencananya surat tersebut akan dibacakan di muka kelas. Atas desakan mamanya anak2, akhirnya saya luangkan waktu saya di pagi hari, tepat pada saat giliran anak saya untuk menyerahkan surat itu.
Namun ternyata pada hari itu gurunya berhalangan hadir. Dan pada hari berikutnyapun surat tsb tidak jadi dikumpulkan.

Daripada hilang begitu saja, saya posting saja di blog ini. Mudah-2an suatu hari kelak anak saya akan membacanya.

Berikut isi suratnya
 
Buah hatiku…
Tak terasa kini usiamu sudah menjelang enam tahun. Rasanya baru kemarin ibumu melahirkan anak pertamanya. Engkau tumbuh menjadi bocah yang sehat dan ceria. Meski kadang juga masih sering cengeng dan menjengkelkan. Ahhh…itu sangat lazim bagi anak-anak seusiamu.
Ayah dan Mama memakluminya, meski terkadang kami marah dan berlaku keras menghukummu jika nakal. Maafkan kami karena kadang kami kelewatan, menganggapmu sebagai orang dewasa, lupa bahwa kamu hanyalah anak kecil.
Percayalah bahwa apa yang kedua orangtuamu lakukan semua adalah untuk kebaikanmu kelak. Agar engkau bisa membedakan mana yang baik atau buruk, dan tumbuh menjadi manusia yang berbudi dan berakhlak baik.

Ananda yang pintar….
Meski saat ini engkau belum lancar membaca, namun ayah dan mama cukup gembira melihat perkembanganmu. Memang selama ini kami sadar, bahwa terkadang kami sendirilah yang malas dan tidak mau meluangkan waktu buat mengajarimu.
Belajarlah lebih giat lagi. Karena di zaman yang penuh kompetisi ini segalanya hanya bisa diperoleh melalui ilmu. Jika engkau sudah pandai membaca, banyak-banyaklah engkau membaca. Karena buku adalah jendela dunia.

Kakak yang maniezzz…….
Rukun rukunlah selalu dengan adikmu. Terkadang ayah dan mama berlaku tidak adil denganmu. Sebagai anak pertama engkau sering dipaksa untuk mengalah dengan adikmu di usiamu yang masih terlampau muda. Sayangilah adikmu dan jangan sering berantem lagi memperebutkan sesuatu. Adikmu memang nakal. Tapi percayalah, itu juga hanyalah bagian dari kenakalan anak-anak. Sama nakalnya dengan dirimu saat engkau seusianya.

Ziyan yang cantik…
Semoga kami bisa mendidik engkau dan adikmu, untuk bisa terus saling mengasihi hingga kalian dewasa nanti. Mempunyai keluarga yang bisa dibanggakan adalah impian ayah, sebagaimana kakek dan nenek kalian mendidik ayah dan tante tantemu hingga seperti sekarang ini. Kamu bisa melihat bagaimana rukunnya kami, saling mengasihi dan mendukung satu sama lain. Ketahuilah bahwa sesuatu yang dibanggakan itu tidak selalu diukur dengan kesuksesan karir, banyaknya harta dan kekayaan.

 
Mentari kecilku…….
Bersinarlah terus. Tuntutlah ilmu sampai batas kemampuanmu. Jadilah orang yang selalu haus akan ilmu. Selami luasnya samudera ilmu dan jelajahilah seluruh penjuru bumi Allah nan luas untuk memperolehnya. Bermimpilah dengan cita-citamu setinggi-tingginya. Lalu berusahalah semampumu dan buatlah rancangan mengenai apa yang harus engkau lakukan untuk mengejar dan mewujudkan mimpi-mimpimu.

 
Cahaya mataku….
Sembahlah Tuhanmu dengan mentaati dan menjalankan segala yang diperintahNya dan menjauhi segala laranganNya. 
Jadilah anak yang shalihah dan berbakti kepada kedua orangtuamu. Balajarlah ilmu agama karena ilmu agama adalah ilmu yang diwajibkan oleh Allah untuk kita pelajari. Dengan agama yang baik manusia akan memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Percayalah selalu janji Allah bahwa akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Maka barangsiapa yang mengejar (kehidupan) akhirat, ia akan memperoleh keduanya (dunia dan akhirat). Sedangkan yang cuma mengejar (kehidupan) dunia, maka ia hanya akan mendapatkan dunia saja.
Maka ingatlah selalu bahwa kelak kita semua akan mati. Dan yang akan dibawa untuk kehidupan setelah mati nanti hanyalah amal yang kita kerjakan selama di dunia.
Oleh sebab itu, jangan pernah kaugadaikan agamamu hanya untuk memperoleh kenikmatan dunia yang semu.

Anakku tersayang…
Mungkin banyak kata-kata ayah di surat ini yang tidak engkau mengerti. Maafkan ayah karena ayah tidak begitu paham bahasa anak-anak. Untuk itulah engkau ayah titipkan kepada gurumu di sekolah untuk belajar. Patuhilah gurumu selalu karena merekalah orangtuamu di sekolah. Merekalah yang punya andil besar dalam menambah ilmu dan pengetahuanmu.
Kelak jika penguasaan kosa kata-mu bertambah banyak, engkau akan mengerti dengan sendirinya.

Cintaku....
Udah dulu ahh…ayah mau siap-siap berangkat kerja…

Dari ayah, yang selalu berharap yang terbaik untuk putra-putrinya.



Bagiku
Kau adalah gerimis
Adalah butir-butir udara
Adalah pucuk dedaunan

Bagiku
Kau adalah waktu
Yang dipenuhi matahari terbenam
(Asma Nadia)

Happy General Election Everyday!



Beberapa bulan belakangan ini saya tidak pernah lagi mengkhususkan diri menonton acara berita di televisi. Saya lebih banyak menonton film dan melihat acara acara bertema petualangan di tempat tempat eksotis di nusantara yang menarik minat saya.

Entahlah, rasanya bosan melihat tingkah polah para eksekutif dan legislatif negeri ini yang mempertontonkan lawakan kelas wahid. Jenuh melihat frekuensi dan intensitas kriminalitas yang telah dengan sukses membunuh nurani saya sehingga tidak lagi bergidik ngeri. Pun muak dengan sandiwara para selebritis yang mengaku sebagai seniman negeri ini yang membuat saya tidak mampu lagi membedakan apakah yang sedang mereka pertontonkan adalah lakon kehidupan di dunia nyata ataukah mereka sedang berakting di layer kaca.

Duhhh…seharusnya saya tidak mudah menggeneralisir segala sesuatu. Sebelumnya saya mohon maaf kepada pribadi tokoh-tokoh yang berada dalam ‘zona pengecualian’. Entahlah, sikap saya tersebut bisa mewakili kegundahan sebagian besar masyarakat marginal negeri ini atau tidak. Saya tidak mau ke-ge-er-an sebagaimana para mahasiswa yang merasa telah mewakili rakyat, namun saya sendiri merasa tidak terwakili dengan aksi aksi mereka yang belakangan cenderung anarkhis dan jauh dari sikap elegan sebagai agents of social changes.
 
Rasanya pesimis sekali mengharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dimata dunia internasional dengan kondisi seperti ini. Bangsa ini akan makin terpuruk saja dengan tontonan sehari-hari seperti ini.  Sikap skeptis dan apatis  saya  hanya  karena  vonis  pribadi  saya  terhadap  sebuah benda elektronik?
 
Televisi. Ya…benda ajaib bersegi empat itu kini merupakan produk elektronik buatan manusia yang paling ngetop di kolong langit ini. Lihatlah bagaimana pesawat yang tidak bisa terbang itu merubah peradaban umat manusia. Coba perhatikan  berapa jam dalam sehari tiap-tiap anggota keluarga anda memelototi kotak bergambar dan bersuara itu. Atau pasti anda juga pernah mengalami pemadaman listrik oleh PLN di malam hari dan pada saat itu anda berpikir betapa sepinya dunia tanpa televisi.
 
Nah..mengingat perannya yang sangat dominan dalam kebudayaan manusia tersebut, kita layak dan berhak mendapatkan tontonan yang mendidik, menghibur dan memberikan nilai tambah bagi peradaban. Bukan tontonan yang menumbuhkan rasa bosan, jenuh dan muak seperti yang saya alami.
 
Jika saat ini masih ada stasiun-stasiun televisi yang mempunyai cara pandang yang sama dengan saya, sedang sebagian besar yang lain hanya mengejar rating dan profit semata, maka di tangan kitalah (maksudnya benar-benar dalam artian harfiah ; memindah-mindah saluran menggunakan remote-control) televisi akan memberi pengaruh yang positif atau negatif pada kehidupan kita.
 
Ingat ! Sebagaimana pemilu, kita adalah pemilih yang bebas memilih. Dan jika anda salah memilih, akan ada konsekuensi logis yang harus anda tanggung, meski bentuk konsekuensi itu mungkin tidak anda rasakan untuk saat ini.
 
Happy General Election Everyday!
 

Monday, March 15, 2010

Kenapa juga mesti pake ID Roelkent?

Bukannya mau gaya-gayaan. Tapi segala  sesuatu pasti ada  sebab musababnya tho?  Begini ceritanya..

Sejak dulu (terutama sejak saya menggunakan kacamata) banyak yang bilang saya mirip ‘CK ‘ (Clark Kent) alias Superman. Dari perspektif mana ya ngeliatnya? Mirip alm. Christopher Reeve bintang Superman versi jadul,  kagak. Dean Cain di Lois & Clark enggak juga, Tom Wellington si Smallville apalagi. Brandon Routh di Superman returns? mungkin rada mirip (milih yang paling kece). Tapi ya sutralahh…

Yang pasti guru bahasa Inggris saya pun memanggil saya Mr. Kent. Diterima aja lah. Toh dia superhero kesayangan banyak anak-anak di seluruh dunia, termasuk saya sendiri meskipun sangat Amerika, negeri yang sok hebat itu. Salah sendiri Indonesia  nggak mampu menciptakan sosok pahlawan super yang namanya mendunia.

Walhasil sewaktu saya membuka akun email di yahoo kebingungan karena nama saya sudah banyak yang pake, terintaslah nama ini, gabungan panggilan nama saya dan si wartawan kikuk samaran pahlawan super. Akhirnya akun YM saya menggunakan ID ini pula, nama yang pernah langsung di-reject oleh kawan saya karena mungkin dikira spam.

Adapun alasan membuat blog ini adalah untuk menyalurkan hasrat menulis saya, meskipun mungkin cuma sedikit orang atau bahkan tidak ada yg membaca tulisan saya. Yahh..itung itung nulis diary lahh..syukur syukur  kalo ada yg mau baca.

So..nyoba terus nulis ahhh..daripada sering ngelamun bengong nggak disalurin..

 

Catatan Perjalanan Ke Kepulauan Seribu

Liburan ke Kepulauan Seribu biayanya mahal? Ya! Itu kalau anda mengunjungi resort dan berangkat dari pelabuhan Marina Ancol. Ingin mencoba kesana dengan budget lebih ringan? Mungkin bisa simak perjalanan saya ke Kepulauan Seribu bersama dua orang sahabat saya berikut ini.

Tadinya kami bermaksud naik bis dan angkot untuk mencapai Muara Angke. Namun berhubung hari libur dan takut ketinggalan kapal, maka selepas subuh kami naik taksi langsung ke dermaga Muara Angke. Sekitar pukul 6.00 kami tiba di Muara Angke. Segera saja bau-bau ‘sedap’ menyambut kedatangan kami.

Benar saja, sesampainya disana kapal sudah penuh dan akan segera berangkat ke Pulau Tidung. Ternyata kapal yang jadwal berangkatnya sekitar pikul 07.15 itu langsung angkat sauh begitu penumpangnya penuh.

Pukul 06.15 kapal kami berangkat menuju ke Pulau Tidung. Karena cuaca cerah (padahal beberapa hari sebelumnya Jakarta selalu diguyur hujan di pagi hari), kami duduk di bagian luar (atap kapal).  Kapal ferry ini mengangkut penduduk Pulau Tidung dan wisatawan2. Saya lihat beberapa sepeda motor juga diangkut kapal ini. Soal keamanan? Hehehe…Orang  Indonesia gitu Loohhh… Rasio life vest yang dibawa kapal ini dengan jumlah penumpang seperti anak perawan di sarang penyamun (hahaha…Jaka Sembung!!). Tapi ini justru memicu adrenalin lhoo…(khususnya buat orang yang berpikir keselamatan)
 
Selang beberapa saat setelah kapal angkat sauh, terlihat siluet deretan apartemen Re**ta yang seakan mempertontonkan keangkuhan metropolis, menghadap menantang perairan Laut Jawa, menjulang tinggi ke langit di bibir pantai Teluk Jakarta
 
Aihh..indahnya cuaca hari itu. Sambil berkelakar saya katakan pada teman saya kalau malam sebelumnya saya sudah mengadakan kesepakatan dengan Poseidon, sang dewa penguasa laut dalam mitologi Yunani.
Sekitar 3,5 jam kemudian kapal kami merapat di Pulau Tidung setelah ditarik ongkos Rp. 33 rb/orang. Seorang penduduk setempat (kenalan kami) menjemput kami di dermaga. Kamipun langsung menuju kantor sebuah instansi tempatnya bekerja yg akan kami gunakansebagai tempat kami menginap.
Sebetulnya ada beberapa losmen yang disewakan disana. Tarifnya sekitar 250 rb – 300 rb-an/malam. Namun saat itu bersamaan dengan rombongan dari Ca**on Adventure yang membooking hampir seluruh penginapan di pulau kecil tersebut. Untungnya kami sudah ada tempat menginap, meski itu sebuah kantor..hehe..

Setelah mengaso sejenak, kami berkeliling seputar lokasi penginapan, mencari sepeda yang bisa disewa dan untuk mengelilingi pulau. Namun ternyata sepeda sepeda sudah habis  disewa oleh rombongan Ca**on Adventure. Untuk mengisi perut, kami mampir di sebuah warung mie di dekat dermaga.


Kebetulan hari itu hari Jum’at. Segera kami mandi dan sholat Jum’at. Kata kenalan kami, penduduk di pulau tersebut 100% muslim.
Seusai Jum’atan kami segera berjalan kaki ke ujung timur pulau Tidung Besar (di pulau kecil ini tidak ada mobil lho). Di tengah jalan kami melihat ada sebuah perahu besar sedang dikerjakan. Kami mampir di tempat pembuatan kapal Ferry tersebut dan ngobrol dengan pembuatnya. Rencananya kapal itu akan menjadi kapal  Ferry terbesar di antara kapal2 yg ada di Pulau Tidung dan Pramuka. Katanya biaya pembuatan kapal kayu tsb setara dengan  2 unit avanza versi termahal !! Wauww…!!



Di ujung barat pulau tsb ada sebuah jembatan panjang yang menghubungkan pulau Tidung Besar dan pulau Tidung Kecil. Mungkin panjang jembatan tersebut sekitar 200 an meter. Di beberapa bagian, jembatan tsb dibuat melengkung untuk memudahkan kapal2 atau perahu yang lewat.. Di bawahnya, gradasi warna biru laut hingga hijau tosca  memanjakan mata kami…ambooyyy…….

Beberapa wisatawan berenang disekitar jembatan. Beberapa sedang snorkeling. Beberapa orang menjajal adrenalin dengan lompat ke laut melalui jembatan yang melengkung tadi. Saya tergoda untuk ikut melompat. Kami harus melihat ke belakang dulu, memastikan tidak ada perahu atau kapal yang sedang lewat. Beberapa saat saya sempat ragu-ragu karena lengkungan jembatan itu cukup tinggi, sekitar 5-6 meter dari permukaan laut. Setelah melihat cewek-cewek juga ikut melompat, waduh ..gengsi dong kalau nggak berani. Akhirnya…byurrr…..tahu-tahu asinnya air laut langsung saya cicipi.

Saya segera ke tepi dan menyewa peralatan snorkeling pada seseorang yang sedang mengurusi rombongan wisatawan. Berhubung ini pengalaman pertama saya snorkeling, rupanya sulit juga menyesuaikan gerakan kaki (dengan sepatu katak) dan menggunakan maskernya. Namun lama kelamaan mulai terbiasa dan kamipun snorkeling di area bawah jembatan Pulau Tidung Besar – Tidung Kecil. Airnya jernih. Karangnya lumayan bagus, namun agak kurang colourful. Kebanyakan berwarna cokelat. Mungkin karena pulau tsb merupakan tempat pemukiman. Atau barangkali waktu pembuatan jembatan sedikit mencemari karang2nya.
Maka kamipun tergoda untuk tidak lekas kembali ke Muara Angke dengan satu-satunya kapal Ferry dari Pulau Tidung-Muara Angke yang berangkat sekitar 07.00 – 07.30 pagi.
Menjelang maghrib, kami bergegas berjalan ke ujung barat pulau dan berharap melihat sunset. Sayangnya matahari kurang terlihat jelas karena faktor cuaca, sehingga kurang indah sewaktu diabadikan dengan lensa.
Malamnya, setelah kongkow-kongkow di atas kapal yang tertambat di dermaga (sempat tidur-tiduran beratapkan langit dan menikmati gemintang), kamipun memutuskan kembali ke tempat menginap untuk beristirahat.
 
Paginya, setelah sholat subuh kami bergegas ke ujung timur pulau lagi untuk mengejar sunrise. Rupanya banyak pula wisatawan yang mengkayuh sepeda dengan cepat ke arah yang sama dengan tujuan yang sama pula. Sesampainya di jembatan, banyak fotografer membidikkan lensa ke arah matahari terbit. Saya sempat putus asa karena matahari tak kunjung muncul. Padahal hari sudah mulai terang.
 
Tiba-2 muncullah sang surya yang ditunggu-tunggu, meski psosisinya sudah agak naik sekitar 30 derajat dari horizon. Disaat semua orang mengarah ke jembatan, kami menemukan spot yang cukup eksotis. Di ujung tanggul pemecah ombak, ada tiga buah perahu nelayan tertambat dan menghadap langsung ke arah matahari terbit. Habis-habisan deh kami ‘begaye’..hehe...  
Setelahnya, segera saya menelpon penyedia jasa perahu ke pulau pramuka. Rencananya kami akan kembali ke Muara Angke melalui ferry dari Pulau Pramuka yang berangkat sekitar jam 1 siang. Setelah tawar menawar disepakati harga sewa Rp. 350 rb termasuk menyewa peralatan snorkeling.
 
Pukul Delapan pagi kami meninggalkan Pulau Tidung menggunakan perahu karet. Di tengah laut kami melihat rombongan ikan-ikan tongkol melompat dikelilingi camar-camar laut yang menanti mangsa (kereeennnn….eeuuyyy!!). Sayangnya   waktu kami mendekat, mereka langsung bubar jalan..(eh….bubar berenang dan bubar terbang ding..)
Di dekat Pulau Air, terdapat spot untuk snorkeling yang bagus. Kami lihat beberapa perahu nelayan mengelilingi spot snorkeling tsb,  menunggu wisatawan yang sedang snorkeling. Perahu karet kamipun segera bergabung dan byuuurr…saya langsung nggak sabar menikmati secuil dari keindahan keragaman hayati bahari negeri kita ini.
Benar saja…mata kami segera disuguhi panorama bawah laut yang eksotis. Setelah puas snorkeling, kami berhenti di sebuah spot di Pulau air untuk mengambil foto-foto. Namun karena Pulau Air merupakan sebuah resort, kami hanya mendekati pulau sebuah pulau2 kecil di sekitarnya.
Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan ke Pulau Pramuka. Kami mampir di sebuah tempat makan yang meyediakan kamar mandi untuk bilas. Pulau Pramuka terlihat lebih ramai karena pulau ini merupakan kota administratif di kepulauan seribu. Terlihat bangunan bangunan yang cukup besar seperti Rumah Sakit Umum Daerah dan masjid  yang cukup besar. Tempat penyewaan peralatan scuba-diving dan snorkeling pun terlihat dari dekat dermaga.
Setelah mampir sejenak ke tempat budi daya penyu, kami segera menuju masjid besar di dekat dermaga untuk sholat dan menunggu kapal yang akan berangkat ke Muara Angke. Benar saja, ramainya pengunjung di hari-2 tsb membuat penumpang berebut naik begitu kapal ferrynya merapat. Kamipun memaksakan diri naik dan duduk di ruang nakhoda, meski katanya akan ada satu kapal lagi saking banyaknya calon penumpang.
Sayang sekali kepulangan kami harus diwarnai sebuah insiden yang cukup mengganggu. Dua kali kapal kami mogok dan terapung apung di laut karena kehabisan solar. Rupanya tanki solarnya bocor. Untung saja ombaknya tidak besar sehingga kami tidak sampai mabuk laut. Beruntung ada kapal lain yang mau memberi solar ke kapal kami dan kamipun bisa melanjutkan perjalanan. Ketika apartemen Re**ta mulai terlihat kapal kami mogok lagi. Cukup lama dan membuat kami mulai khawatir karena awan hitam mulai terlihat di kejauhan. Jam menunjukkan sekitar pukul 4 sore dan untuk menghibur diri, saya kembali berkelakar, “kesepakatan aku dengan Poseidon cuma sampai setengah lima sore, namun kapal yang mogok diluar tanggung jawabnya”
Akhirnya sekitar 16.30 sampai juga kami di Muara Angke. Sebelum pulang, kami mampir ke pasar ikan dan membeli ikan dan cumi2 untuk oleh-oleh. 






  






Wednesday, March 10, 2010

Kebohongan Kecil = Dosa Kecil (?)

Hari ini mesti saya awali dengan sebuah kebohongan (lagi).
Untuk kesekian kalinya PM (dulu Provoost-Red) Halim memberhentikan kendaraan saya ketika akan berangkat ke kantor melewati Halim. Tentu saja, tanpa stiker khusus saya tidak diperkenankan memasuki daerah yang jalan-jalannya bukan merupakan jalan untuk umum tersebut. 

Alasan saya harus melewati Halim untuk route berangkat ke kantor cukup sederhana saja sebetulnya.
Pertama, tentu saja menghindari kemacetan akses ke Jakarta dari arah Pondok Gede dengan melewati komplek AURI yang lengang.
Kedua, siapapun mafhum bahwa Halim merupakan satu dari sedikit paru-paru Jakarta yang masih tersisa. Sejenak memanjakan paru-paru sendiri, tentu boleh dong.
Faktor ketiga, nostalgia kenangan akan lingkungan dan atmosfir tempat saya melewatkan sebagian besar dari masa kecil dan remaja saya (cailee…mentang-mentang habis reunian SMP di Halim..hehe..)

Kembali ke Pak PM, beliau berkata,”Mau kemana Pak?”
Saya jawab,”Saya warga Dwikora Pak” (menyebut nama sebuah komplek di dalam Kelurahan Khusus Halim tempat keluarga saya dulu tinggal selama lebih kurang dua puluh tahun) seraya menyebutkan kata “mantan/eks” dalam hati untuk sedikit menghapus rasa bersalah saya. Dan saya pun segera dipersilahkan melewati pos pemeriksaan dan melanjutkan perjalanan.

Tiba-tiba, segera benak saya melayang ke sebuah tempat di padang Kurusetra kancah tempat berkecamuknya perang kolosal Baratayudha.

Alkisah, untuk menghentikan sepak terjang Begawan/Resi Durna (Drona), sang guru dan penasehat Kurawa, pihak Pandawa menggunakan sebuah strategi yang bisa dibilang agak licik. Dibuatlah sebuah issue yang mengabarkan bahwa Aswatama, putra kesayangan sang resi telah gugur di medan perang. Dengan demikian diharapkan sang  begawan akan kehilangan semangat hidupnya begitu mendengar kabar kematian putranya.

“Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalu berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha” (sumber kutipan : Wikipedia)

Konon, karena “kebohongan kecil” yang berakibat besar tersebut Yudhistira alias Puntadewa mendapat ganjaran dari para dewa secara langsung. Sebelumnya, karena tidak pernah berbohong Yudhistira mendapatkan reward yakni roda kereta perangnya tidak pernah menyentuh tanah alias terbang diatas tanah. Namun setelah kebohongan tersebut, ia pun harus menuai punishmentnya; roda keretanya amblas ke dalam tanah seketika.

Kembali ke cerita saya, saya jadi memikirkan apakah ganjaran yang akan saya daptkan nantinya bagi kebohongan kecil yang saya lakukan secara sadar dan berulang-ulang di atas. Mengingat yang saya lakukan juga bukan kategori “white lie”, sebuah idiomatik bahasa Inggris yang digunakan untuk sebuah kebohongan yang harus dilakukan untuk suatu tujuan yang baik.

Kebohongan yang dilakukan Yudhistira bertujuan melindungi kelangsungan perikehidupan manusia, yaitu agar Pandawa (sebagai lambang kebaikan) dapat mengalahkan Kurawa (sebagai lambang kejahatan dan keserakahan).
Sedangkan kebohongan yang saya lakukan sama sekali tidak bermanfaat bagi orang lain, melainkan hanya menguntungkan diri saya sendiri.

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil yang dilakukan secara berulang-ulang.”

Peradaban ini berikut derasnya arus materialisme dan hedonisme telah membentuk sebagian besar manusianya menjadi semakin permisif terhadap berbagai jenis pelanggaran (baca : dosa) terhadap norma norma kehidupan yang disepakati oleh umat manusia (nyaritemendotcom).. He3 

Korupsi sampai trilyunan rupiah dimulai dari berbohong. Pembunuhan berencana tidak lepas dari kebohongan. Punya istri simpanan, pasti akan berbohong. Perdebatan konyol pasangan artis-artis (saat perceraian) di infotainment, diwarnai dengan banyak kebohongan. Betapa seringnya kita membohongi anak-anak kita dengan penuh kesadaran bahwa mereka hanyalah anak-anak yang mudah dibohongi. Betapa banyaknya kebohongan di sekitar kita dan melingkupi atmosfir kita.

Alangkah ringan dan mudahnya kita melakukan kebohongan-kebohongan. Jika sudah demikian terbiasanya, masih dapatkah nantinya kita mengajarkan anak-anak kita mengenai arti sebuah kejujuran? 

Ketika seorang pemuda yg gemar berjudi, berzina dan minum minuman keras menghadap Rasulullah untuk masuk Islam dan bertobat kekasih Allah itu cuma mengatakan “Ucapkanlah kalimat syahadat, dan jangan berbohong setelah itu!”. Tentunya kita tahu kesudahan cerita tersebut.

Ahh…saya bukan Yudhistira…apalagi Rasulullah. Pula, banyak dosa-dosa lain yang saya perbuat jauh lebih berat kadarnya dibandingkan sekedar membohongi Pak PM seperti tadi (mohon maaf ya Pak PM?!).

Duh Gusti Allah.
Jadikan sholat-sholat kami sebagai pelebur dosa-dosa yang kami lakukan diantara waktu-waktu sholat kami..ya Allah..

Christie

Me & My Guitar


https://www.youtube.com/watch?v=p3Igbrz7rKE