Tokoh-tokoh dalam perjalanan kali ini :
- 2 Jun 2012 -
Awalnya kami bingung mau diapain sisa uang kas kami yang
jumlahnya nggak seberapa ini. Pokoknya harus dihabisin sebelum Neti berangkat
site assignment ke Luwuk awal Juli nanti. "Ke Untung Jawa aja
deh..mur-mer", kata saya. Akhirnya yang lain pada setuju. Berhubung saya
udah pernah ke Untung Jawa, sekalian kali ini berkunjung ke pulau2 disekitarnya
yang lain deh..Untuk meringankan beban biaya perjalanan, kami ajaklah beberapa
teman yang lain bergabung.
Ini adalah kunjungan saya yang kedua ke Tanjung Pasir. Kami
berangkat dari kantor jam 6 pagi (dari rumah jam berapa yach ? Padahal malemnya
habis lembur dan main badminton di kantor sampe jam stengah sembilan).
muster point |
Singkat kata kami berdelapan segera meluncur ke TKP (Tanjung Pasir). Sempat malu juga sih, coz sebagai pemandu jalan yang udah pernah kesana tapi lupa jalannya..hehe..
Setengah delapan pagi, tibalah kami di Tanjung pasir. Ditagih ongkos masuk dan parkir 40 rb .. Haaahh?! (gpp deh..yg penting mobil aman selama ditinggal).
Sambil bernegosiasi dengan tukang perahu, sebagian rekan melepas hajat yang
dikandung badan selama 1,5 jam perjalanan bermobil.
Tanjung Pasir |
Nego yg lumayan alot dilakukan oleh para mbak-mbak…aye
terima jadi ada pokoknya. Lagi alot-2nya tawar menawar, ada yg
nyamperin…ngakunya bernama Putra. Doi dan dua orang temennya (Wandi dan Tia) ingin
bergabung dengan kita satu perahu. Lumayan lahhh…bisa sharing biaya sewa
perahunya. Akhirnya deal juga ma tukang perahunya dan naiklah kami ke perahu
dan siap berangkat. Eh..tunggu dulu…Ternyata sampe di atas perahu salah satu
tukang perahunya-nya nggak terima harga segitu, dan beralasan bahwa tadi yang
nego bukan dia langsung…Sempat bĂȘte juga sihh..sampe saya ngancam akan cari
tukang perahu yang lain.
Akhirnya mereka mengalah dan perahu pun angkat sauh menuju
pulau pertama tujuan kami, yaitu Pulau Rambut.
wajah wajah haus liburan |
Pulau Rambut
Ngomong2 soal pulau surganya burung ini, kami mengikuti
prosedur resmi loohhh..
Jadi H-1 kami ajukan permohonan ke BKSDA di daerah
Salemba untuk mendapatkan ijin memasuki Kawasan Konservasi Pulau Rambut. Rada
makan waktu juga ngurusnya, namun Alhamdulillah hari itu juga bisa keluar
suratnya. Padahal menurut bbrp sumber, bisa saja langsung ‘eksekusi’ ke TKP.
Tapi nggak lahh..kami kan
anak baik-baik..hihihi…
Sekitar 15 menitan berperahu, kamipun segera berlabuh di
pulau ini. Setelah menunjukkan surat
ke petugas jaga, kami segera dikawal pemandu mengelilingi Hair Island
(bahasanya Kang Sandi). Memang betul pulau tsb dipenuhi oleh burung. Meski
sebagian besar mereka tidak di tempat ketika kami datang karena mencari makan
di pulau2 sekitar, namun masih banyak pula terlihat berterbangan dan bertengger
di pohon2 tinggi. Terlebih lagi hampir tidak ada sehelaipun dedaunan yang tidak
ternoda oleh bekas kotoran burung.
Menurut cerita pemandu, dia pernah loohh….lagi mendangak ke
atas tiba2 ada burung yang melepaskan makanannya berupa tikus dan tikus itu
jatuh mengenai wajah sang pemandu (hueekkk…). Sempat kami ditunjukkan sarang elang bondol yang besar diatas sebuah pohon yang tinggi.
Selama perjalanan setidaknya 3 kali saya melihat biawak
besar melintas.
tampang menakutkan namun pemalu |
Ada pohon besar yang tumbang..poto disini dulu yukk?? |
Akhirnya tibalah kami di menara pengawas burung setinggi 20
meter. Kami semua naik disana dan sambil beristirahat mengambil bbrp gambar..
menara pandang |
Sebetulnya waktu yang tepat utk datang ke pulau ini adalah
sore hari..waktunya burung2 kembali ke rumahnya setelah seharian pelesiran dan
mencari makan. Namun kami punya target untuk berolahraga air di Untung Jawa dan
makan siang disana sehingga Pulau Rambut kami jadikan target kunjungan pertama.
Setelah puas di Pulau Rambut dan kasih tip ke pemandu, perahu kami angkat sauh
lagi menuju P. Untung Jawa yang berjarak tidak bgitu jauh dari P. Rambut.
P. Untung Jawa
Salah satu awak perahu menawarkan ke saya untuk makan siang
di rumah makan milik ibunya (padahal ternyata bibinya). Yaudah deh…kami iyakan
saja. Dan ternyata ini adalah pilihan yang tepat. Jadi sebelum kami melakukan
watersport, semua barang bawaan kami dititipkan di rumah makan tsb.
negosiasi demi mengisi perut |
Setelah memilih2 ikan dkk untuk santapan siang kami,
segeralah kami menuju belakang rumah untuk mengambil gambar2 di hutan mangrove
pulau tsb sambil menunggu tukang banana boatnya siap.
rehat diantara belantara mangrove |
Akhirnya tiba saatnya kami berbanana-boat ria…
siapa yaaa..yang 7 kali naik dan 7 kali jatuhhh?? |
Puas berbanana-boat, kamipun bilas di kamar mandi belakang rumah
makan. Bayar 3 ribu perak dan dijatah satu ember … Haaahhh?? Padahal mesti
keramas pula. Udah gitu kamar mandinya sempit banget, cuma cukup buat satu
orang….. (lha ealahhhh….emangnya mau mandi bareng-bareng…hihihi…).
Selesai mandi dan bersolek pake obat cantik dan obat
ganteng, lanjut makan siannggg…………..
Menurut teman2, masakan sea foodnya lumayan mantappp….
nikmatnya lunch bareng di tanah seberang |
Selesai makan udah sekitar stengah dua siang…perjalanan
mesti dilanjutkan…
Bbrp saat setelah perahu menjauh dari Pulau Untung Jawa
menuju Pulau Kelor, terjadilah kegaduhan di atas perahu yang kami tumpangi. Tiba2
Agnes baru menyadari kalungnya tidak ada di lehernya. Ceritanya sebelum berbana-boat,
tukang banana-boatnya nyuruh cewek2nya utk ngelepas kalungnya coz takut lepas
waktu terlempar ke air, katanya. Akhirnya semua cewek melucuti perhiasan masing masing dan disimpan di
plastik yang dipegang Mb. Yuli yg ngga ikut banana boat-an karena mabok
an*imo..xixixi…
Rupanya setelah pada selesai dan mandi, Mbak Yuli kasih
bungkus plastik termahal di dunia itu ke Sevi. Dan ternyata Sevi cuma mengambil
kepunyaannya sendiri. Sisanya diserahkan ke Agnes yang waktu diserahi rupanya
nggak ‘ngeh’ kalo itu isinya perhiasan karena keasikan berdandan (hehe...pisss..., Nes). Walhasil bungkusan tersebut dibuangnya
ke tempat sampah…Alamakkk……(tepokjidatdotcom)
Singkatnya Mb. Yuli segera instruksikan tukang perahu untuk
putar balik. Finally, bungkusan tersebut memang masih rejeki pemiliknya dan betul2
ditemukan di tempat sampah!
Syukurlah…hampir saja insiden ini merusak suasana dan membuat perjalanan ini menjadi perjalanan yg
muahalll…..Apalagi ada yg ngaku kalo kalungnya dikasih sama pacarnya. (Hayyooo…ngakuuu..........siapa??)
Let's go sailing………again…
Pulau Kelor
Benar kata orang..Pulau selebar daun kelor ini Nampak eksotis dari kejauhan. Pasir putih dan bekas bangunan benteng yang
berdiri kokoh tampak elok dari kejauhan.
selebar daun kelor |
teman2 baru yang asikk.. |
Di pulau inil barulah keliatan siapa yang paling narsisss.
Gamma & Neti in-action
Dan inilah foto terfavorit pilihan pemirsa
Pengen lebih
lama di pulau ini sebetulnya. Namun hari sudah menjelang sore, kami takut ombak
akan semakin besar dan kemaleman pulang ke jakarta.
Pulau Onrust
Ngomong2 soal pulau ini saya jadi teringat novel “Rahasia Meede” yang sangat fenomenal itu.
Tadinya saya tidak begitu tertarik karena mengira tempat ini hanya meninggalkan
situs2 sejarah jaman kolonialisme belaka. Ternyata pulaunya enak juga untuk
dijelajahi. Saya mendadak jadi teringat Taman Suropati Menteng karena ternyata
pulau ini ditumbuhi pohon2 raksasa yang rindang.
ladies only |
gents turn |
Pulau ini dulunya sempat digunakan sebagai penjara, tempat karantina jamaah haji yang sakit, penampungan orang2 gembel, pengemis dan berpenyakit menular..Hiiiiii...........
Bayangin aja...dengan segudang reputasi tersebut betapa spooky-nya pulau itu di malam hari.
rindang, bagaikan taman kota
|
bekas rumah dokter yang dijadikan museum |
Dari pulau Onrust kami balik ke Tanjung Pasir. Minum es kelapa
mudabareng2 di Tanjung Pasir menjelang senja dan segera pulang ke Jakarta.
Sebelum meninggalkan P. Onrust |
Mbak Yuli : kelapanya buat penawar mabok 'an*imo' ..xixixi... |
Sampai jumpa di jalan-jalan berikutnya…
Special Thanks To :
* Neti dan Mbak Yuli bersusah payah dan bersabar hati menunggu proposal memasuki P. Rambut.
Lumayan lah dapat kuliah singkat mengenai konservasi alam :)
* Neti dan Mbak Yuli bersusah payah dan bersabar hati menunggu proposal memasuki P. Rambut.
Lumayan lah dapat kuliah singkat mengenai konservasi alam :)
* Kang Asep, fotografer dan photo editornya (sayang kurang waktu buat ngedit semuanya)