“Berburu Seribu Keindahan di Kepulauan Togean”
Rasa2nya headline Backpacker
Magazine edisi Desember-Januari lalu tsb tidaklah berlebihan. Paling tidak saya
sudah membuktikannya. Setelah sekian lama memimpikan bisa mengadakan trip
kesana (sssttttt….sebenarnya saya sudah merencanakannya sejak masih di Jakarta), akhirnya
kesampaian juga di long weekend minggu kemarin.
Untuk menuju kesana kami menempuh
rute darat Batui-luwuk-Pagimana-Bunta-Ampana selama delapan jam dan perjalanan
laut Ampana - Togean selama tiga jam.
Sabtu pagi, sang rembulan yang
terlambat pulang menyambut kedatangan kami di Marina Beach, Ampana.
Ampana, Selepas Subuh |
Setelah bertemu dengan Pak Edi
(pemandu perjalanan kami), kamipun bergegas untuk tidak membuang waktu dan
segera naik kapal. Untuk mengisi perut di pagi hari, nasi kuning bungkus yang
kami order secara dadakan-pun kami bawa untuk dimakan di atas kapal.
Perjalanan ke kepulauan Togean dengan mengarungi Teluk Tomini pun dimulai.
Keceriaan di Atas Kapal |
Tak terasa sekira tiga jam
mengarungi Teluk Tomini, sampailah kami di pulau kecil nan cantik dengan resort
sederhana yang bernama Poyalisa Cottage. Perjalanan panjang yang cukup
melelahkan terbayar sudah begitu kami menginjakkan kaki di pulau tersebut.
‘Welcome to Paradise’
Welcome to Paradise |
Dermaga kecil dengan warna air
lautnya yang sangat jernih langsung terhubung dengan restaurannya. Ternyata
restauran dan dermaga itu sendiri merupakan sebuah karang yang agak besar dan
merupakan pintu masuk ke Poyalisa Cottage. Pasir pantai di Poyalisa berwarna
putih dan sangat halus. Boss saya yg
orang Jepun langsung bilang…”Waaauuww…..it’s a very nice lagoon….”
Kapasitas cottage yang tidak
terlalu banyak, membuat Pulau tersebut seperti ‘Private Island’. Sebab selama
kami berada disana memang hanya ada bbrp grup wisatawan dari Amerika dan Eropa.
Wisatawan pribuminya ya cuma kami ini. Itupun masih dikorting lagi karena dua
orang rekan kantor yang berkebangsaan Jepang ikut dalam rombongan kami..hahaha..
Poyalisa, view from the hill |
In front of Cottage |
Blue Sea & Blue Lagoon |
Setelah check-in, sambil menunggu
makan siang kami berenang dan snorkeling di didepan lokasi penginapan kami.
Snorkeling Team |
Poyalisa - Under Water |
Setelah puas snorkeling dan
dilanjutkan dengan makan siang, kami segera memulai hopping islands di seputaran
pulau Bomba. Pemandangan gugusan pulau pulau kecil, hamparan langit nan cerah,
tarian awan berarak dan semburat putihnya yang mempesona mengiringi perjalanan
kami. Sungguh suatu siang yang indah.
The Atolls |
Kampung Suku Bajau (Bajo) dan Kearifan Lokalnya |
Di pulau Saitu, salah satu pulau
dimana suku Bajau (Bajo) tinggal, kapal bergerak agak menepi untuk memberi
kesempatan kami mengambil gambar.
Sebenarnya ingin sekali saya mengunjungi
lokasi pemukiman suku Bajo di Pulau Malenge. Sebab disana ada jembatan yang
sangat panjang yang menghubungkan antara dua pulau. Sayang lokasinya sangat
jauh, sedangkan kapal yang kami gunakan adalah kapal biasa dan bukan speed
boat.
Melihat dari dekat perkampungan suku Bajo ini saya jadi teringat sewaktu mengunjungi Kampung Luar Batang di Pelabuhan Sunda Kelapa beberapa waktu lalu. Jika melihat kondisi bangunannya, barangkali tidak terlalu jauh bedanya. Namun jika membandingkan kondisi kebersihannya terlihat sangat jauh bedanya. Barangkali kearifan lokal suku Bajo-lah yang membuat bangunan rumah-rumahnya yang terapung terlihat bersih di bawahnya, sehingga warna air laut di kepulauan Togean yang menakjubkan ini masih tetap bisa terjaga di sekitar perkampungan tsb.
Bajo Village |
Setelah melewati perkampungan suku Bajo, kapal segera melanjutkan perjalanan. Kami berhenti di sebuah spot yang
dinamakan Katrin Reef untuk snorkeling. Sungguh menakjubkan pemandangan di
sekitarnya, apalagi pemandangan bawah lautnya. Terus terang inilah pertama
kalinya saya melihat air sebegitu jernihnya. Sebelumnya saya pernah snorkeling
di beberapa pulau di sekitar Kepulauan Seribu, juga di Pulau Oar di Jawa Barat.
Namun saya kira kejernihan air di Teluk Tomini ini sukar dicari tandingannya di
pulau Jawa.
Hijau tosca, blue turquoise, blue
sapphire, entah warna apalah namanya untuk melukiskan keindahan perpaduan warna
dan betapa jernihnya air laut di tempat tersebut. Terkadang malah warnanya
terlihat seperti biru kristal Persia.
Snorkeling @ Katrin Reef |
Kapal segera melepas jangkarnya.
Sebagian dari kami menghabiskan waktu dengan snorkeling dan sebagian yang lain
memilih memancing dari atas kapal. Di spot ini banyak terdapat karang karang
yang cukup tinggi untuk tempat kami berpijak. Sebagian kami, termasuk saya
sendiri berenang tanpa mengunakan live vest/pelampung. Maka karang2 ini kami
jadikan tempat berpijak jika sudah kelelahan berenang.
Amazing Under Water - Katrin Reef |
Bikin lupa waktu |
Mancing Mania |
Tak terasa waktu kami lewatkan
dengan snorkeling dan memancing di tempat tersebut. Mentaripun bersiap pulang
ke peraduannya. Kami menikmati panorama senja dari atas kapal diantara gugusan
kepulauan Togean.
Senja di Togean |
Langit Senja Yang Menawan |
Selepas makan malam, bermandikan cahaya purnama kami berpesta lobster…
Full Moon - Lobster Party |
Menjelang dini hari hujan turun
dengan derasnya. Oya, di Poyalisa Cottage listrik hanya dinyalakan jam 6 sore
sampai jam 10-11 malam. Maka ketika hujan lebat turun dan tidak ada penerangan
kami agak bermalas-2 an untuk bangun dan melihat2 keluar bangunan cottage.
Dan benar saja, ketika kami
keluar ternyata air lautnya naik dan menutupi pantai berpasir putih di
sekeliling kami. Suara debur ombakpun terdengar dengan kerasnya. Padahal,
sebelumnya di laguna ini airnya sangat tenang dan hampir tidak ada ombaknya.
Jalan menuju restoran/dermaga terendam air |
Sambil menunggu air laut surut….it’s
P*p Mie time.
Seorang Bapak -barangkali
penghuni pulau Bomba- berbaik hati memanjat pohon kelapa dan memberikannya
kepada kami. Air kelapanya manis lohhh…nggak seperti air kelapa di Pulau
Tidung.
Beruntung air laut segera surut.
Lanjuuutttt….main pasir di pantai dan perahu-perahuan.
Ritual Main di Pantai |
Bersampan - Ria |
Kelapa muda (lagi). Serasa kebon sendiri..hihihi... |
Tak terasa mengingat perjalanan
pulang yang panjang, kami segera check-out dan meninggalkan pulau
tersebut. Seorang bule amerika dan
pasangannya meminta ijin pada kami agar diperbolehkan utk menumpang kapal kami
ke Ampana. Dari Ampana mereka berencana melanjutkan perjalanan ke Tanah Toraja.
Mereka sudah sembilan hari
tinggal di Poyalisa. Sedangkan kami cuma satu malam (??) Ohhh….sungguh dunia
ini sangat tidak adil….hehehe. Selama sepuluh bulan terakhir mereka berkelana
ke negara2 di Asia Tenggara dan mereka adalah penyelam. Ketika saya tanyakan tempat mana yang paling indah di
Asia Tenggara ini, Well -si bule Amerika ini- menjawab ‘Thailand’. Wah, saya
sempat keqi juga. Masa sih, negara saya tercinta ini kalah sama negara yang
lebih kecil. Namun dia segera melanjutkan, “but for underwater view, Indonesia
is the best in the world, I think”. Hati saya langsung berbunga-bunga.
Horeeee......Bravo Indonesia…..
Mudah2 an ini adalah pernyataan tulusnya, bukan karena takut nanti bakal kami turunin di tengah laut...hehe..
Mudah2 an ini adalah pernyataan tulusnya, bukan karena takut nanti bakal kami turunin di tengah laut...hehe..
Dan berakhirlah kunjungan singkat
kami di surga kecil bernama Poyalisa Cottage, sebuah tempat terpencil diantara
gugusan kepulauan Togean yang lebih terkenal di manca negara ketimbang orang2
Indonesia sendiri.
Bye...Paradise..... |
Para pegawai cottage yang ramah
dan 2 orang bule melepas kepergian kami di dermaga Poyalisa.
Pulang |
Poyalisa dan Pulau Bomba hanyalah
sebagian kecil diantara luasnya Taman Nasional Kepulauan Togean. Semoga saya
bisa kembali lagi kesana untuk berburu 999 keindahan di pulau2nya yang lain.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletemas tolong di share rincian budget dong, :D
ReplyDeleteMaaf baru baca. Tahun lalu per orangnya cuma sekitar 650 ribuan, mbak. Sudah termasuk travel Luwuk ke Ampana, sewa cottage, makan dan sewa perahu. Btw, ada juga postingan saya yg lebih baru, di resort yg berbeda. Silahkan baca yg judulnya Menjamah Surga Togean (lagi)
Delete......karang yang cukup tinggi untuk tempat kami berpijak. Sebagian kami, termasuk saya sendiri berenang tanpa mengunakan live vest/pelampung. Maka karang2 ini kami jadikan tempat berpijak jika sudah kelelahan berenang.....
ReplyDeleteDuh kasian karangnya mas klo dinjak bisa rusak. untuk menumbuhkan 1 cm saja butuh puluhan tahun.
Kalau memang belum jago snorkling mending memakai pelampung. aman dan nyaman
karang aman dari kaki kaki jahil
kaki anda pun aman dari bahaya racun dan gigitan hewan karang seperti moray ell, stone fish dll
Tolong sekali mas jangan ulangi perbuatan anda, karena KARANG BUKAN TEMPAT BERPIJAK TETAPI KARANG MERUPAKAN RUMAH IKAN.
Terima kasih nasehatnya Mas. Saya setuju banget mengenai terumbu karang yg harus kita jaga. Kalau Mas banyak membaca isi blog saya, saya juga sangat sedih dengan banyaknya terumbu karang kita yg rusak. Bukan cuma akibat dibom oleh pencari ikan. Dari siaran NatGeo atau BBC Chnnel sy juga baru tahu kalau global warming juga salah satu penyebabnya. Perbedaan suhu 1 degree saja sudah cukup membuat coral reefs mati.
DeleteSudah puluhan kali saya snorkeling dan batu karang yg berani saya injak bukanlah karang yg rapuh melainkan karang besar yang memang betul betul keras seperti batu granit. Kalau Mas sering snorkeling juga pasti Mas ngerti yg saya maksud. Apalagi karang hidup yg rapuh, saya juga nggak akan tega menginjaknya Mas.
Anyway, thanks sudah mampir