Tuesday, March 30, 2010
Penerimaan Murid Sekolah Dasar, Satu Lagi Pelajaran Berharga Sebagai Orangtua
Friday, March 26, 2010
Kado Dari Sahabat
Thursday, March 25, 2010
Ikutan Komen Soal Ditundanya Kunjungan Obama ke Indonesia
Thursday, March 18, 2010
Surat Buat Anakku Tersayang
Cahaya mataku….
Happy General Election Everyday!
Rasanya pesimis sekali mengharapkan bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dimata dunia internasional dengan kondisi seperti ini. Bangsa ini akan makin terpuruk saja dengan tontonan sehari-hari seperti ini. Sikap skeptis dan apatis saya hanya karena vonis pribadi saya terhadap sebuah benda elektronik?
Televisi. Ya…benda ajaib bersegi empat itu kini merupakan produk elektronik buatan manusia yang paling ngetop di kolong langit ini. Lihatlah bagaimana pesawat yang tidak bisa terbang itu merubah peradaban umat manusia. Coba perhatikan berapa jam dalam sehari tiap-tiap anggota keluarga anda memelototi kotak bergambar dan bersuara itu. Atau pasti anda juga pernah mengalami pemadaman listrik oleh PLN di malam hari dan pada saat itu anda berpikir betapa sepinya dunia tanpa televisi.
Nah..mengingat perannya yang sangat dominan dalam kebudayaan manusia tersebut, kita layak dan berhak mendapatkan tontonan yang mendidik, menghibur dan memberikan nilai tambah bagi peradaban. Bukan tontonan yang menumbuhkan rasa bosan, jenuh dan muak seperti yang saya alami.
Jika saat ini masih ada stasiun-stasiun televisi yang mempunyai cara pandang yang sama dengan saya, sedang sebagian besar yang lain hanya mengejar rating dan profit semata, maka di tangan kitalah (maksudnya benar-benar dalam artian harfiah ; memindah-mindah saluran menggunakan remote-control) televisi akan memberi pengaruh yang positif atau negatif pada kehidupan kita.
Ingat ! Sebagaimana pemilu, kita adalah pemilih yang bebas memilih. Dan jika anda salah memilih, akan ada konsekuensi logis yang harus anda tanggung, meski bentuk konsekuensi itu mungkin tidak anda rasakan untuk saat ini.
Happy General Election Everyday!
Monday, March 15, 2010
Kenapa juga mesti pake ID Roelkent?
Bukannya mau gaya-gayaan. Tapi segala sesuatu pasti ada sebab musababnya tho? Begini ceritanya..
Sejak dulu (terutama sejak saya menggunakan kacamata) banyak yang bilang saya mirip ‘CK ‘ (Clark Kent) alias Superman. Dari perspektif mana ya ngeliatnya? Mirip alm. Christopher Reeve bintang Superman versi jadul, kagak. Dean Cain di Lois & Clark enggak juga, Tom Wellington si Smallville apalagi. Brandon Routh di Superman returns? mungkin rada mirip (milih yang paling kece). Tapi ya sutralahh…
Yang pasti guru bahasa Inggris saya pun memanggil saya Mr. Kent. Diterima aja lah. Toh dia superhero kesayangan banyak anak-anak di seluruh dunia, termasuk saya sendiri meskipun sangat Amerika, negeri yang sok hebat itu. Salah sendiri Indonesia nggak mampu menciptakan sosok pahlawan super yang namanya mendunia.
Walhasil sewaktu saya membuka akun email di yahoo kebingungan karena nama saya sudah banyak yang pake, terintaslah nama ini, gabungan panggilan nama saya dan si wartawan kikuk samaran pahlawan super. Akhirnya akun YM saya menggunakan ID ini pula, nama yang pernah langsung di-reject oleh kawan saya karena mungkin dikira spam.
Adapun alasan membuat blog ini adalah untuk menyalurkan hasrat menulis saya, meskipun mungkin cuma sedikit orang atau bahkan tidak ada yg membaca tulisan saya. Yahh..itung itung nulis diary lahh..syukur syukur kalo ada yg mau baca.
So..nyoba terus nulis ahhh..daripada sering ngelamun bengong nggak disalurin..
Catatan Perjalanan Ke Kepulauan Seribu
Tiba-2 muncullah sang surya yang ditunggu-tunggu, meski psosisinya sudah agak naik sekitar 30 derajat dari horizon. Disaat semua orang mengarah ke jembatan, kami menemukan spot yang cukup eksotis. Di ujung tanggul pemecah ombak, ada tiga buah perahu nelayan tertambat dan menghadap langsung ke arah matahari terbit. Habis-habisan deh kami ‘begaye’..hehe...
Pukul Delapan pagi kami meninggalkan Pulau Tidung menggunakan perahu karet. Di tengah laut kami melihat rombongan ikan-ikan tongkol melompat dikelilingi camar-camar laut yang menanti mangsa (kereeennnn….eeuuyyy!!). Sayangnya waktu kami mendekat, mereka langsung bubar jalan..(eh….bubar berenang dan bubar terbang ding..)
Sunday, March 14, 2010
Wednesday, March 10, 2010
Kebohongan Kecil = Dosa Kecil (?)
Untuk kesekian kalinya PM (dulu Provoost-Red) Halim memberhentikan kendaraan saya ketika akan berangkat ke kantor melewati Halim. Tentu saja, tanpa stiker khusus saya tidak diperkenankan memasuki daerah yang jalan-jalannya bukan merupakan jalan untuk umum tersebut.
Alasan saya harus melewati Halim untuk route berangkat ke kantor cukup sederhana saja sebetulnya.
Pertama, tentu saja menghindari kemacetan akses ke Jakarta dari arah Pondok Gede dengan melewati komplek AURI yang lengang.
Kedua, siapapun mafhum bahwa Halim merupakan satu dari sedikit paru-paru Jakarta yang masih tersisa. Sejenak memanjakan paru-paru sendiri, tentu boleh dong.
Faktor ketiga, nostalgia kenangan akan lingkungan dan atmosfir tempat saya melewatkan sebagian besar dari masa kecil dan remaja saya (cailee…mentang-mentang habis reunian SMP di Halim..hehe..)
Kembali ke Pak PM, beliau berkata,”Mau kemana Pak?”
Saya jawab,”Saya warga Dwikora Pak” (menyebut nama sebuah komplek di dalam Kelurahan Khusus Halim tempat keluarga saya dulu tinggal selama lebih kurang dua puluh tahun) seraya menyebutkan kata “mantan/eks” dalam hati untuk sedikit menghapus rasa bersalah saya. Dan saya pun segera dipersilahkan melewati pos pemeriksaan dan melanjutkan perjalanan.
Tiba-tiba, segera benak saya melayang ke sebuah tempat di padang Kurusetra kancah tempat berkecamuknya perang kolosal Baratayudha.
Alkisah, untuk menghentikan sepak terjang Begawan/Resi Durna (Drona), sang guru dan penasehat Kurawa, pihak Pandawa menggunakan sebuah strategi yang bisa dibilang agak licik. Dibuatlah sebuah issue yang mengabarkan bahwa Aswatama, putra kesayangan sang resi telah gugur di medan perang. Dengan demikian diharapkan sang begawan akan kehilangan semangat hidupnya begitu mendengar kabar kematian putranya.
“Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalu berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha” (sumber kutipan : Wikipedia)
Konon, karena “kebohongan kecil” yang berakibat besar tersebut Yudhistira alias Puntadewa mendapat ganjaran dari para dewa secara langsung. Sebelumnya, karena tidak pernah berbohong Yudhistira mendapatkan reward yakni roda kereta perangnya tidak pernah menyentuh tanah alias terbang diatas tanah. Namun setelah kebohongan tersebut, ia pun harus menuai punishmentnya; roda keretanya amblas ke dalam tanah seketika.
Kembali ke cerita saya, saya jadi memikirkan apakah ganjaran yang akan saya daptkan nantinya bagi kebohongan kecil yang saya lakukan secara sadar dan berulang-ulang di atas. Mengingat yang saya lakukan juga bukan kategori “white lie”, sebuah idiomatik bahasa Inggris yang digunakan untuk sebuah kebohongan yang harus dilakukan untuk suatu tujuan yang baik.
Kebohongan yang dilakukan Yudhistira bertujuan melindungi kelangsungan perikehidupan manusia, yaitu agar Pandawa (sebagai lambang kebaikan) dapat mengalahkan Kurawa (sebagai lambang kejahatan dan keserakahan).
Sedangkan kebohongan yang saya lakukan sama sekali tidak bermanfaat bagi orang lain, melainkan hanya menguntungkan diri saya sendiri.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidak ada dosa besar yang disertai istighfar dan tidak ada dosa kecil yang dilakukan secara berulang-ulang.”
Peradaban ini berikut derasnya arus materialisme dan hedonisme telah membentuk sebagian besar manusianya menjadi semakin permisif terhadap berbagai jenis pelanggaran (baca : dosa) terhadap norma norma kehidupan yang disepakati oleh umat manusia (nyaritemendotcom).. He3
Korupsi sampai trilyunan rupiah dimulai dari berbohong. Pembunuhan berencana tidak lepas dari kebohongan. Punya istri simpanan, pasti akan berbohong. Perdebatan konyol pasangan artis-artis (saat perceraian) di infotainment, diwarnai dengan banyak kebohongan. Betapa seringnya kita membohongi anak-anak kita dengan penuh kesadaran bahwa mereka hanyalah anak-anak yang mudah dibohongi. Betapa banyaknya kebohongan di sekitar kita dan melingkupi atmosfir kita.
Alangkah ringan dan mudahnya kita melakukan kebohongan-kebohongan. Jika sudah demikian terbiasanya, masih dapatkah nantinya kita mengajarkan anak-anak kita mengenai arti sebuah kejujuran?
Ketika seorang pemuda yg gemar berjudi, berzina dan minum minuman keras menghadap Rasulullah untuk masuk Islam dan bertobat kekasih Allah itu cuma mengatakan “Ucapkanlah kalimat syahadat, dan jangan berbohong setelah itu!”. Tentunya kita tahu kesudahan cerita tersebut.
Ahh…saya bukan Yudhistira…apalagi Rasulullah. Pula, banyak dosa-dosa lain yang saya perbuat jauh lebih berat kadarnya dibandingkan sekedar membohongi Pak PM seperti tadi (mohon maaf ya Pak PM?!).
Duh Gusti Allah.
Jadikan sholat-sholat kami sebagai pelebur dosa-dosa yang kami lakukan diantara waktu-waktu sholat kami..ya Allah..