Kemarin pagi sewaktu istri saya baru memindah saluran TV dan melihat berita tentang batalnya kunjungan Presiden Amerika Barrack Obama yang sangat dinanti-nantikan sebagian masyarakat Indonesia, spontan ia berkomentar. “Alah-alah…kayaknya lebay banget deh! Orang tinggalnya di Indonesia waktu itu masih kecil, mana mungkin dia inget (tentang Indonesia ). ” katanya. Saya yang tadinya ikut-ikutan bangga ketika presiden negeri yang sok jadi polisi dunia itu dengan fasih menyebutkan nama beberapa makanan yang dijajakan keliling seperti sate dan bakso jadi mikirin komentar istri saya tersebut.
Saya coba putar memori otak saya yang sudah mulai sering ‘heng’ ini ke masa ketika saya sekolah dasar. Karena sedari kecil saya tinggal di Jakarta , mungkin lebih mudah bagi saya untuk mengingat masa-masa kecil saya. Mengingat-ingat suatu kejadian pasti berhubungan dengan para pelaku kejadian, yang dalam hal ini berarti apa yang saya lakukan bersama keluarga ataupun teman-teman saya di masa kecil dulu.
Kebetulan teman-teman sekolah dasar saya banyak yang berasal dari taman kanak kanak yg sama. Bahkan banyak juga yang melanjutkan ke SMP yang sama. Sepatutnya ingatan saya akan masa kecil saya di Indonesia (baca : Jakarta ) lebih kuat dari ingatan Barrack Obama tentang Indonesia . Apalagi secara usia saya jauh lebih muda dibandingkan beliau. Apa bisa ya beliau ingat teman-teman main waktu kecil yang jelas jelas berbeda bangsa dan warna kulit, yang pastinya menyebabkan pula hambatan-hambatan dalam berkomunikasi?
Yang juga bikin saya tidak mengerti, bagaimana presiden kulit hitam pertama di Amerika itu bisa mengingat bahwa negeri ini adalah negeri yang kaya akan keragaman. Melihat keragaman di Indonesia membantu membuatnya mengerti dan memahami bahwa dunia ini penuh dengan keragaman, begitu kira-2 yang dikatakannya.
Duh..kayaknya waktu kecil dulu, nggak sempat terlintas oleh saya deh, mengenai keragaman ini (maksudnya apa yang saya alami sehari-hari secara empiris selain pelajaran mengenai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an yang didapat dari sekolah). Bisa jadi mungkin sensitifitas dirinya sebagai orang asing yang membuatnya lebih peka akan situsi dan kondisi sosial di Indonesia. Namun saya jadi sempat berburuk sangka bahwa Obama baru mempelajari tentang Indonesia , negeri yg pernah jadi tempatnya bermukim, justru setelah ia dewasa.
Apapun, buat saya Obama akan bisa membuat saya bangga jika ia tidak ikut-ikutan seperti kedua bapak-anak Bush yang sok jadi polisi dunia, namun membunuh ribuan masyarakat sipil tak berdosa. Saya akan angkat jempol untuk Obama manakala Amerika tidak mendikte urusan politik dalam dan luar negeri kita, apalagi dengan ancaman embargo senjata seperti yang pernah mereka lakukan.
Come on, Barry! You need to prove that you are the best American President with your best policy and real action. Not only showing that you could perfectly mention names of Indonesian food.
Saya katakan pada istri saya, “waktu saya kecil tinggal di Italia dulu saya sangat suka Pizzzzzzzaaaaaa... dan waktu tinggal di Amerika saya selalu ingat akan tukang hamburgerrrrrrrr……….” (Emang sapa luhhh..)
... gw setuju... obama menjadi seperti sekarang, yang mempunyai hati untuk memahami perbedaan, karena dia pernah melewati masa PEMBELAJARAN itu di Indonesia...
ReplyDeleteso ngga usah tiba2, langsung negative thinking soal kedatangan beliau... kita harusnya bisa juga belajar dari pribadi dia yang santun dan menghargai perbedaan..
orang amerika juga makhluk ALLAH kok, jd pantes juga untuk dihormatin... *sedih ngeliat yang langsung marah2 aja dengan rencana tsb*
Masa iyya Neng?..hehe..
ReplyDelete