Beberapa bulan lalu, anak sulung saya diminta gurunya di TK B (nol besar) untuk membawa surat yang ditulis oleh orangtuanya. Rencananya surat tersebut akan dibacakan di muka kelas. Atas desakan mamanya anak2, akhirnya saya luangkan waktu saya di pagi hari, tepat pada saat giliran anak saya untuk menyerahkan surat itu.
Namun ternyata pada hari itu gurunya berhalangan hadir. Dan pada hari berikutnyapun surat tsb tidak jadi dikumpulkan.
Daripada hilang begitu saja, saya posting saja di blog ini. Mudah-2an suatu hari kelak anak saya akan membacanya.
Berikut isi suratnya
Tak terasa kini usiamu sudah menjelang enam tahun. Rasanya baru kemarin ibumu melahirkan anak pertamanya. Engkau tumbuh menjadi bocah yang sehat dan ceria. Meski kadang juga masih sering cengeng dan menjengkelkan. Ahhh…itu sangat lazim bagi anak-anak seusiamu.
Ayah dan Mama memakluminya, meski terkadang kami marah dan berlaku keras menghukummu jika nakal. Maafkan kami karena kadang kami kelewatan, menganggapmu sebagai orang dewasa, lupa bahwa kamu hanyalah anak kecil.
Percayalah bahwa apa yang kedua orangtuamu lakukan semua adalah untuk kebaikanmu kelak. Agar engkau bisa membedakan mana yang baik atau buruk, dan tumbuh menjadi manusia yang berbudi dan berakhlak baik.
Ananda yang pintar….
Meski saat ini engkau belum lancar membaca, namun ayah dan mama cukup gembira melihat perkembanganmu. Memang selama ini kami sadar, bahwa terkadang kami sendirilah yang malas dan tidak mau meluangkan waktu buat mengajarimu.
Belajarlah lebih giat lagi. Karena di zaman yang penuh kompetisi ini segalanya hanya bisa diperoleh melalui ilmu. Jika engkau sudah pandai membaca, banyak-banyaklah engkau membaca. Karena buku adalah jendela dunia.
Kakak yang maniezzz…….
Rukun rukunlah selalu dengan adikmu. Terkadang ayah dan mama berlaku tidak adil denganmu. Sebagai anak pertama engkau sering dipaksa untuk mengalah dengan adikmu di usiamu yang masih terlampau muda. Sayangilah adikmu dan jangan sering berantem lagi memperebutkan sesuatu. Adikmu memang nakal. Tapi percayalah, itu juga hanyalah bagian dari kenakalan anak-anak. Sama nakalnya dengan dirimu saat engkau seusianya.
Ziyan yang cantik…
Semoga kami bisa mendidik engkau dan adikmu, untuk bisa terus saling mengasihi hingga kalian dewasa nanti. Mempunyai keluarga yang bisa dibanggakan adalah impian ayah, sebagaimana kakek dan nenek kalian mendidik ayah dan tante tantemu hingga seperti sekarang ini. Kamu bisa melihat bagaimana rukunnya kami, saling mengasihi dan mendukung satu sama lain. Ketahuilah bahwa sesuatu yang dibanggakan itu tidak selalu diukur dengan kesuksesan karir, banyaknya harta dan kekayaan.
Mentari kecilku…….
Bersinarlah terus. Tuntutlah ilmu sampai batas kemampuanmu. Jadilah orang yang selalu haus akan ilmu. Selami luasnya samudera ilmu dan jelajahilah seluruh penjuru bumi Allah nan luas untuk memperolehnya. Bermimpilah dengan cita-citamu setinggi-tingginya. Lalu berusahalah semampumu dan buatlah rancangan mengenai apa yang harus engkau lakukan untuk mengejar dan mewujudkan mimpi-mimpimu.
Cahaya mataku….
Sembahlah Tuhanmu dengan mentaati dan menjalankan segala yang diperintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Jadilah anak yang shalihah dan berbakti kepada kedua orangtuamu. Balajarlah ilmu agama karena ilmu agama adalah ilmu yang diwajibkan oleh Allah untuk kita pelajari. Dengan agama yang baik manusia akan memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Percayalah selalu janji Allah bahwa akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Maka barangsiapa yang mengejar (kehidupan) akhirat, ia akan memperoleh keduanya (dunia dan akhirat). Sedangkan yang cuma mengejar (kehidupan) dunia, maka ia hanya akan mendapatkan dunia saja.
Maka ingatlah selalu bahwa kelak kita semua akan mati. Dan yang akan dibawa untuk kehidupan setelah mati nanti hanyalah amal yang kita kerjakan selama di dunia.
Oleh sebab itu, jangan pernah kaugadaikan agamamu hanya untuk memperoleh kenikmatan dunia yang semu.
Anakku tersayang…
Mungkin banyak kata-kata ayah di surat ini yang tidak engkau mengerti. Maafkan ayah karena ayah tidak begitu paham bahasa anak-anak. Untuk itulah engkau ayah titipkan kepada gurumu di sekolah untuk belajar. Patuhilah gurumu selalu karena merekalah orangtuamu di sekolah. Merekalah yang punya andil besar dalam menambah ilmu dan pengetahuanmu.
Kelak jika penguasaan kosa kata-mu bertambah banyak, engkau akan mengerti dengan sendirinya.
Cintaku....
Udah dulu ahh…ayah mau siap-siap berangkat kerja…
Dari ayah, yang selalu berharap yang terbaik untuk putra-putrinya.
Bagiku
Kau adalah gerimis
Adalah butir-butir udara
Adalah pucuk dedaunan
Bagiku
Kau adalah waktu
Yang dipenuhi matahari terbenam
(Asma Nadia)
Suratnya indah sekali.
ReplyDeleteKalau sekarang, sudah di bacakan ke putra nya belum mas ?
Terima kasih, Alhamdulillah. Sayangnya belum mbak. Saya pikir, biarlah dia membacanya sendiri kelak.
ReplyDeleteSebaiknya dikirim ke Wanya. Menunjukkan cinta ayahnya
ReplyDelete