Friday, June 18, 2010

Bumi Cinta

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Habiburrahman El Shirazy

Setelah sukses dengan Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, kali ini Kang Abik beranjak dari Mesir, negeri yang pernah jadi tempatnya bermukim.

Bumi cinta menceritakan tentang kehidupan Muhammad Ayyas, mahasiswa dari Indonesia yang harus menyelesaikan thesisnya dengan melakukan penelitian di Rusia, negeri yang dulu sangat ditakuti dengan ideologi sosialis komunisnya, yang kini menjelma menjadi negeri yang penuh kebebasan.

Ayyas harus menghadapi sekian banyak ujian sebagai muslim yang taat. Yang paling utama yaitu godaan dari gadis gadis molek Rusia. Diceritakan sejak awal, bagaimana Ayyas yang taat kepada ajaran agama harus berbagi apartemen dengan dua gadis cantik yang menganut faham free sex, yang kemolekan wajah dan tubuhnya sanggup menggoda lelaki manapun.

Ayyas juga berhadapan dengan pembimbing penelitiannya, seorang doctor muda, cantik nan cerdas yang juga menaruh hati padanya dan Ayyas pun menaruh hormat padanya, namun sayangnya mereka berbeda keyakinan.
Konflik lain diciptakan Kang Abik dengan cerita bagaimana pekerjaan sesungguhnya dua teman se-apartemen Ayyas yang molek tersebut. Yang satu ternyata adalah agen Mossad dan yang lainnya adalah pelacur kelas atas di Rusia.

Seperti biasanya, Kang Abik selalu berusaha menceritakan dengan detil keadaan Negara yang menjadi tempat setting cerita. Di Rusia inipun Kang Abik berusaha mendeskripsikan eksotisme negeri beruang merah ini, lengkap dengan cerita2 kekejaman yang dilakukan Stalin dan Lenin, dua diantara pelaku sejarah yang terkenal kebengisannya karena bertanggungjawab menghilangkan jutaan nyawa umat manusia.

Sayangnya ceritanya agak dipaksakan untuk selesai. Menurut saya jumlah halamannya bisa diperbanyak dengan sedikit menyinggung mengenai keluarga Ayyas di tanah air. Juga bagaimana Ayyas membiayai hidupnya, sama sekali tidak disinggung. Satu lagi detil yang diabaikan Kang Abik yaitu proses Ayyas melaksanakan penelitiannya sama sekali tidak disinggung. Malahan Ayyas dijadikan pembicara di seminar dan berakhir dengan talk show di sebuah stasiun televisi.

Penyelesaian konfliknya pun saya rasa kurang tuntas. Mestinya Kang Abik bisa lebih mendramatisir akhir hubungan Ayyas dengan Doktor Anastasia, pembimbingnya. Tentang akhir gadis Mossad yang ternyata adalah putri muslim Palestina juga tidak jelas. Bumbu percintaan yang menjadi nilai jual Ayat-Ayat Cinta dan KCB tidak saya temukan disini.

Bagaimanapun, sebagaimana tujuannya sebagai Novel Pembangun Jiwa novel2 Kang Abik saya rekomendasikan untuk dibaca, termasuk yang satu ini.