Wednesday, September 22, 2010

Belajar dari Astri Ivo, Kesombongan Menakar Kadar Keislaman (baca : Keimanan) Orang Lain…Astaghfirullah..

Ramadhan lalu di puncak acara kegiatan Ramadhan di kantor, kami mengundang Astri Ivo, artis penyanyi dan bintang film era 80-90an.  Memutuskan nama beliau sebagai pembicara bukan tanpa kontroversi diantara panitia. Mulai dari budget honor penceramah sampai dengan praduga mengenai isi/materi ceramah dan membandingkan kapasitas keilmuan dengan para Ustad/Ustadzah lain kami bincangkan dalam diskusi email (karena terbatasnya waktu utk sekedar temu rapat).

Misi awalnya mengundang orang beken yaitu mencoba menarik minat karyawan agar hadir lebih awal dan mendengarkan taushiyah di acara bukber di kantor.  Dari kalangan akhwat muncullah nama2 Neno Warisman, Astri Ivo dan Ratih Sanggarwati.  Berhubung Mbak Neno sedang tidak terima order ceramah karena menemani anaknya di Syiria, pilihan saya jatuh ke Astri Ivo.

Singkat cerita tibalah hari-H dimana saat acara buka bersama yang terakhir, kami mengundang 100 anak yatim dari bbrp yayasan.  Karena pengalaman pembicara datang telat di bukber pertama, maka saya berusaha menghadirkan pembicara tepat waktu dengan perkiraan waktu yg cukup ketika menjemput Mb.  Astri.

Di mobil, saya sempat ngobrol dengan Mbak Astri (utk mencairkan suasana bow!), biar Mbak Astri yg cantik nggak tahu kalo saya dag dig dug ngobrol dengan artis…hehe.  Oya waktu berangkat saya sempat sms istri saya, "lg jemput Astri Ivo.  Kira2 cantikan mana sama Mama yach?" (hehe…nggak usah saya beberkan balas membalas sms-ny coz nanti juga pasti ke-sensor habis oleh badan sensor blog).

Dari obrolan tsb saya diberitahu bahwa Mb.  Astri sedang mengaji di sebuah pengajian Salafi di Jakarta Selatan.
Wahhh...betapa terkejutnya saya.  Terbayang betapa dunia keartisan yang dulu digelutinya sangat kontradiktif dengan ajaran2 salafi yang oleh musuh2 Islam disebut sbg fundamentalis.  Luruh sudah rasa under estimate saya terhadap beliau.  Tadinya saya pikir paling2 beliau hanya akan mengekspose pengalamannya mendapatkan hidayah keislaman dan memakai busana muslimah.  Namun yang saya dapati adalah seorang artis yang serius mendalami keislaman.

Sesampainya di kantor ternyata peserta-nyalah yang terlambat.  Karyawan2 datang telat.  Anak2 yatim pun banyak yang telat.  Sayang sekali, karena terbukti bahwa Mb.  Astri sangat interaktif dengan anak2.  Suasana jadi hidup meski anak2 banyak yang tidak bisa bersuara jika ditanya (penyebabnya hampir bisa dipastikan karena rasa kurang percaya diri akibat kondisi ekonomi keluarga).

Dari isi2 taushiyahnya selanjutnya, saya makin ‘tertampar’ mengetahui batapa kaffahnya keislaman Mb.  Astri, yang membuat saya seperti tidak ada apa2nya dibandingkan keislaman dan keimanan beliau.  Yang paling saya ingat adalah nasihatnya untuk tidak meninggalkan sholat sunat rawatib karena Rasulullah SAW yg sudah dijamin masuk surga-pun tidak pernah meninggalkannya.  Duh Mbak Achi, saya seringkali meninggalkannya (shalat sunat rawatib-muakkad) dengan seribu satu macam dalih.



Ya Allah...

Hanya Engkaulah yang Maha Mengetahui kadar Iman dan ketaqwaan seseorang.

Jauhkan aku dari prasangka… Jadikan aku hamba yang tidak merendahkan derajat kekasih2MU.

Karena sejatinya hanya Engkaulah Yang Maha Tahu

*Thanx to Mb.  Achi..