Wednesday, December 18, 2013

Pulau Anonim (Boba ?) - Dekat Pulau Puah a.k.a Poat - Emang Juara !!



AWASSS....ARTIKEL & GAMBAR-2 DI BAWAH INI MENGANDUNG RATJOEN !!


Lecet-lecet karena terkena karang, saya sudah biasa mengalaminya. Namun eksplorasi keindahan bawah laut Sulawesi yang kali ini betul-betul membuat saya babak belur. Sekujur kaki dan tangan lecet-lecet terkena karang. Untungnya, apa yang saya dapat trip kali ini sangatlah sepadan dan 'worthed banget' (istilah sok Inggris yang dipaksakan utk di-Indonesiakan :p).

Sebetulnya saya pribadi sudah penasaran dengan Pulau yang bernama Poat a.k.a Puah ini sejak sebelum trip ke Tinalapu. Seorang diver pernah kasih ulasan singkat tentang keindahan bawah laut pulau ini di situs yg memetakan dive sites di sekitar Kepulauan Togean dan Kepulauan Banggai. Namun mengingat jaraknya yang lumayan jauh, Dewan Syuro ‘Nyilem Kleb’ memutuskan mengunjungi Tinalapu terlebih dahulu di trip sebelumnya.


Route perjalanan kali ini
Dan akhirnya, setelah dua minggu sebelumnya batal ke Poat karena ada pemblokiran jalan dan mengalihkan trip ke Pulau Banyak, Sasumpuan dan Tikus di Kepulauan Banggai, perjalanan ke Pulau Poat bisa terlaksana juga akhir pekan kemarin. Meski nggak betul betul menginjakkan kaki ke Pulau Poat, paling tidak jarak dari pulau yang kami singgahi ke Pulau Poat tinggal selemparan kolor -lah (yang ngelempar minimal sekelas Hulk atau Sri Kresna saat sedang ber- triwikrama…hehe..).

Setelah menginap semalam di Pagimana, pagi harinya jam 06.15 kapal perahu kami sudah angkat sauh menuju Pulau Poat. Untuk menghemat waktu, sarapan nasi goreng kami lakukan di atas kapal. Singkat cerita, sekira 2 jam telinga terpapar polusi suara akibat suara mesin kapal kayu yang meraung raung dan bikin suara serak juga karena harus selalu teriak ketika harus ngomong dengan orang lain, akhirnya kapal kami mendekat ke Pulau Poat. (Ingat : next trip kudu bawa ear-plug !!)

Para Manusia Perahu - Photo by Yulian DK & Yuto Hori
 
Sebelumnya kami mendapat info bahwa Pulau Poat merupakan pulau yang berpenghuni. Terdapat sedikitnya empat desa di pulau tersebut. Menurut pengalaman kami, di pulau berpenghuni biasanya keindahan bawah lautnya kurang terjaga. Oleh sebab itu, melihat beberapa pulau kecil cantik di sekitar Pulau Poat lebih membuat kami tertarik dan segera melabuhkan kapal di sebuah pulau yang awalnya kami tidak tahu namanya. Belakangan makelar kapal kami, Pak Nurlan (dengan ragu) mengatakan  bahwa pulau tersebut bernama Pulau Boba.

Terlepas benar tidaknya nama tsb, yang jelas pulau ini sudah membuat saya jatuh hati dan timbul hasrat untuk membelinya (loe kate kayak cukong-2 kita yg mampu dan demen beli pulau?).

Pulau Boba, berlatar belakang Pulau Poat - Photo by Khoirul
Pertama kali melompat terjun dari kapal dan langsung menyelam, first impression-nya “ruarrrr… biasa….”. Mata yang sehari-hari kebanyakan dipakai cuma buat melototin benda persegi empat bernama layar monitor komputer ini secara spontan termanjakan oleh hamparan terumbu karang di area palung eksotik dengan kualitas air yang -meminjam istilah bos saya- extra ordinary !


Photo by Khoirul

Pokoke Te-O-Pe   Be-Ge-Te, deh.

Eiittss...sebelum kita lanjut,  iklan dulu yaaa......

Me & Nyilemers in Action - Photo by Yulian DK & Yuto Hori

Yang potonya ngga kepajang disini jangan ngiri yeee...(sono...bikin blog sendiri...hehe... )


Photo by Yulian DK
Yang warna kuning Octopus-kah ? - Photo by Yulian DK

Sejauh pengalaman saya menikmati keindahan bawah laut di Pulau Jawa dan Sulawesi, harus saya akui bahwa ini adalah pemandangan bawah laut terbaik yang pernah saya lihat.

Nemo Carnival - Photo by Yuto Hori & Andi E. Wibowo



Hamparan terumbu karang  selebar gambar di samping ini konon hanya mungkin tumbuh di tempat yang kualitas air lautnya sangat bagus.

































So colorful, meski sebagian diantaranya beracun - Photo by Yulian DK


Seekor ikan yang saya duga termasuk keluarga Puffer Fish alias Ikan Buntal saya kejar-kejar untuk saya foto, meski saya tahu ikan tersebut termasuk kategori ikan beracun. Habis lucu sih, perutnya buntal dan mukanya belang kaya guk-guk.


Penampakan Puffer Fish yang saya kejar-kejar - Photo by Khoirul



















Sayangnya belum puas kami berenang dan bersnorkel, arus kuat segera datang. Mempertimbangkan unsur safety, terpaksa kami segera minggir ke pantai. Saat itulah bencana itu bermula sekaligus mencapai klimaksnya. Ketika bermaksud menepi dan sedang berjalan di bagian yang dangkal, beberapa kali saya roboh terhempas kuatnya arus dan dengan sukses menimpa terumbu2 karang yang sudah mati dan mengeras itu (wadawww…... !!)


Ternyata setelah minggir dan berendam di pantai ada kegiatan lain yang nggak kalah serunya. Ombak2 kecil yang tiba2 datang seiring arus yang tiba2 kencang menghempas kami yang tidur2an di pasir  dengan separuh badan terendam di dalam air. Ssssstttttt…..ada yg bilang lohhh…kalo suasananya kayak kolam ombak di Dufan……(Atlantis kaleee……qiqiqi…)

Lupa sama kerjaan, what a beautiful life ! - Photo by Yuto Hori


Setelah ritual wajib masak indomie dan memakannya bersama-sama, akhirnya kami harus segera pulang. Oya, kapal kami yang berukuran cukup besar memang tidak bisa bersandar. Untungnya hal ini sudah mereka antisipasi dan sebauh perahu kecil sudah dipersiapkan dan ditarik di belakang kapal sepanjang perjalanan. Perahu kecil inilah yang mengangkut kami berikut seperangkat peralatan lenong dari perahu ke pantai dan juga sebaliknya ketika akan pulang.

Proses Transfer - Photo by Khoirul

Saat akan kembali ke kapal terjadilah insiden yang menimpa seorang teman kami,  Yadi. 2 ekor HaPe dan 1 power bank-nya ‘nyemplung’ dan esoknya diumumkan RIP  gara-2 ngambek sebelumnya nggak diajak snorkeling (update : HP yg satunya berhasil diselamatkan). Seinget saya udah tiga kali kejadian HaPe ikutan nyilem kayak gini. Pertama Si Arya, trus Pak Romz, trus kali ini giliran Si Yadi. Barangkali perlu juga beli dry-bag, yach ?

Saat perjalanan kembali ke Pagimana, sekawanan lumba lumba melengkapi tour kami dengan menari mengiringi kapal kami. Suatu hal yang sering saya bayangkan akan saya temui di petualangan dari pulau ke pulau, akhirnya bisa saya dapatkan. Kamera yang menggantung di leher segera saya setel ke mode video. Sayangnya saya belum familiar dengan kamera pinjeman dari bos ini. Menunya bahasa Jepun pula, sehingga modenya berpindah-pindah dari mode rekam-pindah ke photo (takut videonya ngga jalan)-video lagi.

Lumba Lumba di Perjalanan Boba-Pagimana - Photo by Khoirul & Yuto Hori

So, momen langka yang sangat singkat tsb tidak komplit saya nikmati karena sibuk dengan settingan kamera. Tapi lumayan lah, tarian lumba-lumbanya sempat kami rekam meskipun tidak komplit dan seindah video tarian lumba-lumba di Raja Ampatnya Farid Gaban di 'Expedisi Khatulistiwa' yang keren abisss.



Dancing Dolphins



Ini gambar-gambar para 'penguasa' pesisir Pagimana yang saya ambil secara iseng sambil ngantri giliran mandi di Restoran Ester.

Preman-Preman Pagimana






















Paling kiri (celana putih) kayaknya "The Next Spiderman"
setelah Tobey Maguire dan Andrew Garfield - Photo by Khoirul






Tuesday, November 26, 2013

TANGGA SERATUS

Sebagai selingan diantara cerita petualangan dari pulau ke pulau, kali ini saya posting cerita mengenai Tangga Seratus, satu diantara beberapa spot menarik di Luwuk yang terabaikan.

Pertama saya tahu mengenai tempat ini yaitu dari artikel yang ditulis di blog milik seseorang. Secara kayaknya hampir seluruh spot menarik di Luwuk telah habis saya kunjungi, di suatu hari yang cerah kami coba jelajahi seperti apakah Tangga Seratus ini.

Lokasi Tangga Seratus yaitu di seberang RSUD Luwuk. Kalo ada yang nanya, "dimanakah lokasi RSUD Luwuk itu ?" Silahkan tanya aja ke orang2 yang kalian temui di Luwuk, coz Rumah Sakit itu adalah satu2nya yang terdapat di kota Luwuk.

Dari pengalaman selama menjelajahi kota Luwuk dan sekitarnya, lokasi-lokasi wisata hampir semuanya tidak ada penunjuk jalannya. Maka sesampainya di seberang RSUD Luwuk saya coba tanya ke penduduk sekitar. Kebetulan ada dua anak kecil yang sedang sedang bermain di pinggir jalan. Dengan bersemangat kedua anak ini menunjukkan lokasi sekaligus mengantarkan kami menuruni anak tangga di Tangga Seratus tersebut.

Lalu mulailah kami menuruni anak tangga diantara semak belukar yang kemiringannya lumayan curam tersebut. Tangga tangga yang terbuat dari beton tersebut tidak memiliki pegangan/hand-rail. So, buat yang mau coba kesana hati hati yaaa...apalagi kalo musim hujan. Lagipula di beberapa tempat tangganya ada yang hancur karena longsor.

Bagi yang memiliki penyakit asma, epilepsi, lemah jantung dan lemah syahwat (apa hubungannya, coba?) sangat tidak saya sarankan menuruni anak tangga ini.

Capek juga nurunin anak tangganya. Apalagi pas naiknya, ngos-ngosan pastinya..
Lumayan juga pas nurunin anak tangganya. Bikin ragu2, "Gimana nanti pas naiknya ya ?" Mengingat udah kepalang tanggung, mau nggak mau ya kudu diteruskan...hehe..

Dan atas perjuangan dan pergerakan rakyat Indonesia, telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentosa, mengantarkan para bolang ini kepada akhir dari anak tangga 'Tangga Seratus'. Ngosh...ngoshhh...Finally...............

Sempat juga timbul pertanyaan, "Apakah jumlah anak tangganya hingga kebawah benar2 seratus ?" Wah..maap ngga sempat ngitung coz ngatur napas aja udah mpot-mpotan :) 

Dengan tanpa persiapan adventure dan hanya bermodalkan  HaPe buat sekedar jepret2-an, berikut gambar2 yang sempat kami ambil di Tangga Seratus.

Kalo ada yg mau kesana, tolong itungin, apakah jumlah anak tangganya betul2 seratus ?


Sampai di bawah ternyata bagus juga viewnya


Adaptasi gaya narsis taon '90-an yang masih laku sampe sekarang :P


Lumayan kaaan ? (modelnya, maksudnya..hehe..)





Tuesday, October 29, 2013

Tinalapu, Eksotisme Sebuah Pulau Kecil Tak Berpenghuni



Seperti yang telah saya sampaikan dalam postingan sebelumnya, penentuan spot tujuan team adventure kami, 'Nyilem Kleb' (sebuah klub sempalan dari PADI....hehe..) semakin lama semakin liar.  Ini adalah salah satu lagi buktinya. Pulau kecil tak berpenghuni yang namanya tak pernah kami dengar sebelumnya dan tidak dikenal sebagai tempat wisata, nekad kami sambangi juga. Kemudahan melihat suatu lokasi menggunakan citra satelit Google Map-lah biang keroknya..(cari anoa, eh..kambing hitam..hehe..)

Pulau Tinalapu adalah sebuah pulau kecil nan cantik di Teluk Tomini, tidak jauh dari kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean. Kira kira jarak dari Tinalapu ke Walea -salah satu resort terkenal yg dimiliki oleh orang Itali- yang berada di ujung timur Taman Nasional Kepulauan Togean memakan waktu satu jam-an lahh. Itu kalau pakai speed-boat loohh. Kalau pake kapal "uthuk-uthuk" seperti kami yaaa...bisa lebih dari tiga jam...hahaha....  

Tinalapu On The Map
Kalo diliat di peta keliatannya nggak jauh kan dari Togean ?

 
Kami berangkat dari Luwuk menuju Pagimana, sebuah  kecamatan di Kabupaten Banggai yang memiliki pelabuhan dan juga terkenal akan wisata kuliner, terutama seafood-nya (lihat postingan saya tentang Jalan Jalan Ke Pagimana).

Dari Luwuk menuju ke Pagimana memerlukan waktu kurang lebih 3 jam via darat. Di Pagimana juga terdapat beberapa penginapan sederhana dan kami bermalam di sebuah penginapan sebelum menyeberang pada keesokan harinya. 

Paginya, setelah sarapan pagi di salah satu restoran yang juga menjadi dermaga keberangkatan kami, perahu kami segera angkatsauh menuju Pulau Tinalapu. Dari tiga buah kapal yang kami sewa, ternyata satu kapal mesin-nya nggak bekerja maksimal. Walhasil temen2 yang ada di kapal tsb tertinggal jauh. Untung saya sudah pindah kapal sebelumnya...hehe..





Sekira satu jam mengarungi laut, akhirnya perahu kami bersandar di Pulau Tinalapu.

Pulau Tinalapu, gimana.?..kereennn kaannn.. ??

Kalo diteliti dari gambar diatas, ada dua kapal yang sudah bersandar dan sebagian kami sudah mulai bersnorkeling dan main2 di pantai. Trus bisa ketauan kaann...siapa yang ngambil gambar foto ini. Ya pastinya yang kapalnya jalannya paling lemot-lahh...hahaha...


Pasirnya putih dan sangat halus

Pulaunya sangat kecil dan terkesan gersang karena tidak banyak ditumbuhi pepohonan  besar.

Sewaktu berkeliling, saya melihat ada beberapa tanaman pinus yang mulai ditanam di pulau yang habis dikelilingi tidak lebih dari lima menit ini. 

Barangkali jika kelak kesana lagi tempat ini sudah ditumbuhi pepohonan yang rindang





Ritual poto2 di pantai

Air lautnya yang jernih dan pantainya yang memiliki pasir putih bersih dan sangat halus membuat kami betah bermain main dan berfoto-foto ria disana.


Di beberapa sisi dari pulau ini, airnya sangat dangkal dan pasirnya sedikit terendam. Pokoknya asik banget deh, buat tidur-tiduran di pasir.  Mau sambil ngiler juga dipersilahkan.....





Bagi yang sudah teracuni keindahan bawah laut di negeri surga tropis yang bernama Indonesia, pemandangan bawah laut di tempat ini sangatlah sayang untuk dilewatkan. Kualitas air laut yang extra ordinary membuat terumbu karangnya yang berukuran besar bisa tumbuh dengan baik. Berbagai jenis ikan dengan corak warna warnipun dapat anda temui di tempat ini dan sangatlah memanjakan mata.

"Racun" Keindahan Bawah Laut Sulawesi

Diving Into The Blue

The creatures you can not see everyday


The Coral Reefs




































































Setelah puas bermain air, sebagaimana biasanya dilakukan ritual masak memasak Indom*e. Cuma kali ini ngga pake nasi dan ngga ada acara bakar ikan karena memang rencananya kami akan makan siang di restoran di Pagimana.

Tak terasa waktu sudah tengah hari dan kami harus kembali ke Pagimana untuk kemudian melanjutkan perjalanan pulang. 

Sesampainya kapal kami di Pagimana, berhubung makan indom*e-nya ngga pake nasi, perut kami sudah lapar lagi dan segera kami pesan hidangan seafood yang menjadi khas restoran2 di Pagimana.

Di Pagimana ada beberapa restoran dengan bangunan kayu yang dibuat menjorok kearah laut yang bisa anda singgahi untuk sekedar berwisata kuliner.

Menu special di tempat ini adalah lobster dan kepiting kenari.
 
Pas Pulang dari Tinalapu bukan menu ini sih, yang dipesan...hihihi...
Di perjalanan pulang menuju Luwuk, kami mampir lagi ke Lenyek. Namun kali ini saya tidak akan bercerita lagi tentang Lenyek. Silahkan lihat postingan saya tentang Lenyek disini .


*Kira-kira trip berikutnya kemana lagi yaaa?????


Wednesday, October 9, 2013

Banyak Islands, Banggai Kepulauan


Lagi males nulis story-nya nih....

Biar gambar aja deh, yang berbicara......

TKP


Rombongan Besar ! (30 orang cuuyyy...)


Berlabuh






















Berenang Sambil Hujan-Hujanan






















Maksi di Pulau

Underwater View

Ikannya Variatif Banget























Petualang2 Sholeh (Amiinnn...)


Saturday, September 28, 2013

Kayu Tanyo Expedition



I observe that our adventure getting wilder day by day. You can imagine that now we determine our destination only based on what we see in google map. The light blue sea (described in map that it has color gradations) and surrounded by several small islands mean interesting places for us. Yeah, it sounds a crazy way to make plan for a trip.

Kayu Tanyo Area

Interesting Islands

Driving cars for about 1.5 hrs from our camp to east Luwuk, we reached Kayutanyo, a fishermen’s village. We rented a fisherman’s boat to bring us to the snorkeling spot.

During the boat trip we saw crude palm plantations, mangrove forests and white sands beaches. Actually, mangrove forest is good for preventing abrasions, but it’s not a good spot for snorkeling. Surroundings mangrove forest means underwater visibility is not clear (maybe it’s caused by mangrove leaves which were felt down and contaminating the water). 

 Here are some pictures taken by my camera during the trip
 
Islands surrounding Kayu Tanyo

Finally, I could take 'Nemo' (clown fish) picture with my DSLR :)


Sorry, It's just a short story. The next adventure is waiting...(Banyak Islands nearby Peleng Island).