Saturday, October 29, 2011

Serunya Body Rafting di Green Canyon

"Anda sudah pernah ke Green Canyon? "
Bila belum, sebaiknya anda luangkan waktu minimal sekali saja seumur hidup.

Bila sudah, pertanyaan saya selanjutnya "Apakah anda melakukan body rafting di tempat tersebut?"

Jika tidak, sebaiknya anda kembali kesana lagi dan melakukan body rafting.

Ya…keindahan Green Canyon tidak hanya berada di obyek wisatanya, namun sudah berawal dari hulu sungai Cijulang. Bukannya sekedar promosi, namun silahkan anda simak cerita saya berikut.


Heaven on earth……..
Itulah yang terbayang di benak saya bila mencoba memutar kembali memori perjalanan body rafting bersama 'Guha Bau' sepanjang sungai Cijulang - Green Canyon.
Kami berangkat malam hari dari kantor (sempat rehat dan kongkow kongkow sejenak di Paskal Hyper Square, Bandung) dan sampai di 'kantor' Guha Bau Body Rafting (terletak di dekat area parkir wisatawan Green Canyon)
pagi-pagi.

Setelah selesai sarapan, kami mulai mengenakan perlengkapan untuk body rafting dari mulai life vest (jaket pelampung), coral shoe (sepatu khusus untuk berjalan di karang), decker dan helmet.
Perjalanan dimulai dengan menggunakan mobil pick up. Kaget juga ngeliat medannya yang naik turun bukit dg kondisi jalan yang tidak beraspal. Rada rada mirip kaya naek jet coaster lahh (cuman yang ini pake mobil).


Akhirnya sampailah di base camp awal Guha Bau. Setelah briefing sejenak, maka perjalanan trekking dimulai.


Jalurnya lumayan menantang dan membuat
beberapa teman sudah kehilangan semangat sebelum sampai di sungai cijulang. Beruntung beberapa bulan terakhir saya rutin bersepeda santai seminggu sekali. Jadi perjalanan trekking kali ini hampir tidak membuat saya terasa capek sama sekali. Oya..di tengah perjalanan si pemandu menunjukkan kami sebuah lubang yang katanya merupakan atap lubang ventilasi dari Gua Kelelawar.

Dari atas sama sekali tidak kelihatan dasarnya. Namun menurut si pemandu kedalamannya sekitar 75 m. Bau cukup menyengat yang keluar dari lubang tersebut katanya berasal kotoran kelelawar.

Sesampai nya di sungai Cijulang, kami berjalan sedikit di tepiannya dan segera mendapati Gua Kelelawar tersebut. Sayangnya gua tersebut belum di exploitasi menjadi tujuan wisata karena katanya didalamnya terdapat tumpukan kotoran kelelawar yang hampir mustahil untuk dibersihkan. Walhasil kami cuma mendapatkan gambarnya dari luar.















Di depan Guha Bau (Goa Kelelawar) inilah body raftingnya sendiri dimulai. Kamipun segera menceburkan diri.

Wow…Airnya yang jernih dan terasa segar di kulit sudah cukup rasanya membayar lelah di perjalanan bermobil (Jakarta-Pangandaran) dan trekking menuju tempat ini. Belum lagi sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang sangat memukau dan memanjakan mata. Masih terbayang rasanya keindahan tebing tebing yang mengapit sungai di kanan kiri kami. Tebing tebing yang dilapisi bermacam jenis vegetasi alami dan juga mengalami proses sedimentasi yang nyata-nyata merupakan hasil pekerjaan alam (baca:Tuhan) setelah melalui proses selama kurun waktu yang cukup lama. Beberapa diantaranya bahkan membentuk spot-spot 'hujan abadi', artinya meneteskan air yang cukup deras secara terus menerus.

Sayangnya kami datang di penghujung kemarau, sehingga debit air sungai statusnya berada di level paling rendah. Hal ini membuat beberapa kali (maaf) pantat kami terantuk batu terutama saat mendekati jeram-jeram kecil.


Serunya, beberapa kali kami harus melompat karena perbedaan ketinggian arus sungai. Ada juga batang pohon besar yang entah disengaja atau tidak teronggok di tengah sungai menjadi salah satu spot untuk melompat.






















Di beberapa tempat yang dangkal kami harus berjalan menyusuri tepian sungai
















Di beberapa spot air tenang merupakan tempat relaksasi yang sempurna. Kami berjajar telentang beriringan dengan ditemani suara alam, karena selain suara dari rombongan kami tidak terdengar suara apa apa selain nyanyian alam. Sekali nampak terlihat seekor monyet bergelantungan di pohon yang tinggi.







Tak terasa setelah kurang lebih 3 jam mengarungi sungai cijulang, kami mulai mendekati obyek wisata Green Canyon. Dan memang ternyata di tempat inilah puncak keindahan tebing-tebingnya. Di salah satu tebingnya (tempatnya cukup tinggi), terdapat air yang memancur cukup deras dari atas. Tidak sederas air terjun, namun lebih mirip seperti hujan lokal. Segera saja saya dan dan salah seorang teman saya memanjat keatas dan mengguyur tubuh kami dengan shower alami tsb. Wuiihhh….suegernyaaaaaaaaa……………….

















Tidak jauh dari spot tsb saya melihat batu payung yang kesohor dari banyak tulisan di blog-2 orang mengenai Green Canyon. Dengan tak sabar saya segera memanjatnya. Ternyata naiknya lumayan sulit, dan saya yakin tidak semua orang berani memanjat ke atas batu tsb. Dengan penuh percaya diri saya memanjatnya untuk melakukan ritual melompat dari atas batu tersebut.
Namun sesampainya di atas batu tersebut nyali saya langsung ciut. Batu berketinggian sekitar 6.5 meter tersebut berbentuk melengkung seperti payung. Rasanya lebih tinggi saat berada di atas ketimbang melihatnya dari bawah. Yang bikin nyali tambah ciut lagi yaitu karena dari atas batu yang melengkung tersebut kita tidak bisa melihat titik dimana kita nantinya akan jatuh tercebur di air. Berhubung rasanya nggak mungkin lagi untuk turun dan ada seorang pelompat sebelum saya bilang "ahh…lompat ahh…cuma sekali seumur hidup.." akhirnya setelah celingak-celinguk (barangkali ada yang jual hormon adrenalin di tempat tsb) saya kuatkan diri untuk melompat. And finally……….JUMPPP!!!…….and ………….byuuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrr…….
(Berhubung tidak terdokumentasi, maka gambar lompatan batu payung ini saya ambil dari blog milik orang lain)

Lepas sudah ketegangan setelah badan masuk ke dalam air.

Setelah itu segera saya lepaskan semua peralatan pelindung body rafting saya untuk betul-betul menikmat keindahan ciptaan Allah tsb meskipun akibatnya kaki saya berdarah karena sempat terbentur batu. Berenang di air sungai yang sejuk, jernih berwarna hijau tosca dengan diapit tebing-tebing eksotis merupakan pengalaman yang sulit dilukiskan dengan kata-kata dan hanya bisa dirasakan.
Cewek bule yang baru datang dari arah berlawanan sedang berbicara kepada temannya (yang juga bule) ketika berpapasan dengan saya, "Wooowww…..It's a paradise….."


Special Thanks to :
  • Masyarakat di sekitar sungai Cijulang yang cukup berhasil menjaga keaslian dan keasrian Sungai Cijulang. Semoga keasriannya terus terjaga hingga masa masa y.a.d. Saya berharap anak-anak saya kelak masih bisa menikmati keindahannya.
  • Guha Bau Body Rafting, 'pemilik gua kelelawar' yang mengantar kami melalui jalur/trek khusus terjauh yang tidak ditempuh oleh penyelenggara body rafting yang lain.
  • Teman-Teman se-departemen........"It's a really nice vacation with all of you"

"Let's leave our children a greener-cleaner world"