Thursday, March 26, 2015

Hattrick Togean !!

Dalam dua tahun terakhir, libur dua hari berurutan merupakan sebuah kemewahan buat saya. Karena cuma di dua hari libur berurutan inilah yang memungkinkan untuk berlibur ke Togean.
Maka, di Jum’at malam menjelang libur Hari Raya Nyepi lalu kami berangkat menuju pelabuhan Bunta, tempat  penjemputan kapal yg akan kami gunakan untuk menyeberang ke Togean.
Biar nggak perlu nginap di Bunta, sengaja kami berangkat menjelang tengah malam dari Luwuk, setelah kongkow kongkow… ngopi sejenak sambil ngedengerin live music di sebuah kafe terbuka.
Sabtu pagi menjelang fajar pun kami sudah sampai di Bunta. Setelah sholat subuh dan sarapan ala kadarnya dengan bekal yang kami bawa, kami segera menuju pelabuhan dimana kapal kami telah menunggu sejak malam harinya.
Dan inilah yang menyambut keberangkatan kami ke Togean, membuka hari indah kami dengan penampakan lukisan alam yang tiada duanya. Sebentuk kurva pelangi setengah lingkaran sempurna !
 


Kereenn..kaann ?  Pernah nggak kalian ngeliat yg kayak gini ?
Jujur aja… baru kali ini saya nyaksiin secara langsung pelangi yang kedua kakinya menyentuh horizon. Subhanallah…kereenn bingits ..!!
 
Tak menunggu lama, kapal pun segera angkat sauh begitu semua peserta rombongan kami naik ke kapal dan langsung membelah selat Tomini menuju ke Togean. Di tengah perjalanan terlihat beberapa lumba lumba melompat lompat di kejauhan.
 
The Mirrors

Siapa yang bisa menolak melihat pemandangan seindah ini

 
 "Sekali dalam setahun, pergilah ke tempat yang belum pernah kau datangi sebelumnya”. 
Entah darimana asal muasal kutipan yg pernah saya baca dalam sebuah blog ini. Yang jelas, saya setuju banget dengan ‘kalimat saran’  tsb.
Jadi meski ini adalah kali yang ketiga kami berlibur ke Togean, saya sama sekali nggak minat untuk menginap di resort yang pernah kami singgahi sebelumnya.
Di kunjungan pertama, kami menginap di Poyalisa - sebuah pulau cantik di ujung barat kawasanTaman Nasional Kepulauan Togean (laporan perjalanannya bisa dibaca disini).
Di kunjungan ke-dua kami menginap di Kadidiri - sebuah resort yg berada di tengah2 kawasanTaman Nasional Kepulauan Togean (laporan perjalanannya bisa dibaca disini).
Kali ini pilihan kami jatuh pada Bolilanga Resort
Bolilanga pulaunya cukup cantik dan resortnya lumayan bagus. Yang terpenting buat kami yaitu tersedianya air bersih yang cukup untuk sekedar mandi dan BAB.  Soalnya di Togean itu susah untuk mendapatkan air bersih. Selain itu pulau ini memberikan bonus yang lain (akan saya ceritain kemudian).
 
Bolilanga Island

Selesai check-in dan makan siang di resort, kami segera naik kapal lagi untuk menuju Pulau Papan, salah satu tempat permukiman Suku Bajo di Togean. Tahun lalu kami juga mampir kesini,  namun kecewa karena jembatan kayu yg menghubungkan Pulau Papan dan Pulau Malengenya banyak yg rusak.

Bersama anak anak suku Bajou - Pulau Papan
 
Alhamdulillah kali ini sudah diperbaiki oleh pemerintah setempat dan kelihatan jauh lebih kokoh. Sayangnya kami terburu buru selama ada di tempat ini karena mesti nyari spot untuk snorkeling. Jadi di kesempatan kali inipun kami nggak sempat nyeberangin jembatannya…. Hiksss…hiksss…
 
Dari Pulau Papan kami menuju Hotel California, sebuah spot terumbu karang yg juga udah pernah kami kunjungin tahun lalu. Namun saat ini di tempat ini telah berdiri bangunan yang kokoh dan papan nama yang menunjukkan bahwa tempat tsb adalah sebuah area konservasi, khususnya terumbu karang.

Hotel California Reef (Kiri : Bangunan Baru ; Kanan : bangunan Lama)

Gubuk reyot legendaris - penanda spot Hotel California yg lama - juga masih ada, meski kondisinya makin laa yahya wa laa yamuut…hehe…
 
Snorkeling at Hotel California Reef
 
 
Diantara sekian daya tarik Kepulauan Togean, sunset moment adalah salah satunya.
Kamipun memutuskan untuk menikmati saat2 matahari terbenam di Hotel California.
 
Menunggu Sunset @ Hotel California Reef
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 



Sunset Moment
Setelah kembali ke resort, mandi dan makan malam, saya dan beberapa teman pergi ke dermaga Bolilanga. Tahukah kalian, di Togean itu kita bisa ngeliat bintang jelas banget. Kayak di planetarium gitu deh. Sungguh obyek yg sempurna  untuk belajar moto bintang (sayangnya masih belom bisa juga...hiksss....). Dan tiga fotografer amatiran 'trial n error', gimana caranya supaya bisa moto bintang.


The resort at night
  

Belajar moto bintang

Anak2 cewek datang bergabung, ambil posisi dan tiduran terlentang diatas dermaga sambil nerawang ke langit ngeliatin bintang. Barangkali dalam hatinya bilang, “Tuhan...tunjukkan padaku…bintang yg manakah jodohku ? Buatlah bintang tsb berkedip sbg tandanya”.  Dan sebagian merasa ngeliat pertanda bintangnya ‘blinking’…tuing…tuingg…Hahaha…
Malam harinya hujan cukup lebat dan ternyata berlanjut hingga esok paginya.
“Waduhh…bisa gagal semua acara hari ini,“ pikir saya. Sudah jam delapan pagi dan kapal kami yang malamnya pulang ke Wakai belum juga  datang.

Akhirnya sambil gerimis kecil kami snorkeling di depan cottage.
Nyesel banget ngga nyebur dari pagi sambil ujan ujanan.
Inilah bonus yang saya maksud, terumbu karang dan ikan ikannya oke punya….ternyata.
 


 
 
Belum puas snorkeling di house reef Bolilanga, kapal kami tiba2 datang. Terpaksa ‘mentas’ deh, biar bisa segera pergi ke danau ubur ubur.
Ternyata ada yg baru di danau ubur ubur. Pemerintah atau dinas pariwisata setempat juga membangun bbrp fasilitas di lokasi ini.

Mariona - The Jellyfish Lake
 
Nggak ada kata bosan buat saya, berenang dan menikmati sensasi berenang bersama ubur ubur. Cuma kali ini kondisi airnya seperti air gula. Jadi foto fotonya hasilnya nggak bisa 'clear'. Suhu airnya juga berubah ubah. Kadang airnya terasa anget, tiba tiba jadi dingin dan sebaliknya. Sepertinya terjadi percampuran antara air laut dan air danau tsb. Semoga ubur uburnya nggak bermutasi jadi menyengat lagi. Seandainya ubur ubur sebesar itu dan sebanyak itu menyengat, bisa dibayangkan. Hiiiiiyy...........
 

Puas berenang bersama ubur ubur kami pun kembali ke resort.
Setelah mandi bilas dan makan siang kamipun check out dan segera naik kapal lagi menuju Bunta.

Beruntungnya, di perjalanan pulang ombak keliatan sangat tenang. Bahkan seperti di danau yang tanpa riak gelombang. Dari puluhan kali kami ‘melaut’ baru kali ini saya rasakan laut setenang ini. Sesekali muncul ikan ikan terbang yang melayang diatas air sampai jarak yang lumayan jauhnya.


The Models (dalam perjalanan pulang)
Plan B : Kalo gagal jadi fotografer mo jadi model aja :p