Friday, May 31, 2013

Trip To Togean Islands



“Berburu Seribu Keindahan di Kepulauan Togean”

Rasa2nya headline Backpacker Magazine edisi Desember-Januari lalu tsb tidaklah berlebihan. Paling tidak saya sudah membuktikannya. Setelah sekian lama memimpikan bisa mengadakan trip kesana (sssttttt….sebenarnya saya sudah merencanakannya sejak masih di Jakarta), akhirnya kesampaian juga di long weekend minggu kemarin.

Untuk menuju kesana kami menempuh rute darat Batui-luwuk-Pagimana-Bunta-Ampana selama delapan jam dan perjalanan laut Ampana - Togean selama tiga jam. 

Sabtu pagi, sang rembulan yang terlambat pulang menyambut kedatangan kami di Marina Beach, Ampana.

Ampana, Selepas Subuh
Setelah bertemu dengan Pak Edi (pemandu perjalanan kami), kamipun bergegas untuk tidak membuang waktu dan segera naik kapal. Untuk mengisi perut di pagi hari, nasi kuning bungkus yang kami order secara dadakan-pun kami bawa untuk dimakan di atas kapal.














Perjalanan ke kepulauan Togean dengan mengarungi Teluk Tomini pun dimulai.


Keceriaan di Atas Kapal

Tak terasa sekira tiga jam mengarungi Teluk Tomini, sampailah kami di pulau kecil nan cantik dengan resort sederhana yang bernama Poyalisa Cottage. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan terbayar sudah begitu kami menginjakkan kaki di pulau tersebut. ‘Welcome to Paradise’

Welcome to Paradise

Dermaga kecil dengan warna air lautnya yang sangat jernih langsung terhubung dengan restaurannya. Ternyata restauran dan dermaga itu sendiri merupakan sebuah karang yang agak besar dan merupakan pintu masuk ke Poyalisa Cottage. Pasir pantai di Poyalisa berwarna putih dan sangat halus.  Boss saya yg orang Jepun langsung bilang…”Waaauuww…..it’s a very nice lagoon….”

Kapasitas cottage yang tidak terlalu banyak, membuat Pulau tersebut seperti ‘Private Island’. Sebab selama kami berada disana memang hanya ada bbrp grup wisatawan dari Amerika dan Eropa. 

Wisatawan pribuminya ya cuma kami ini. Itupun masih dikorting lagi karena dua orang rekan kantor yang berkebangsaan Jepang ikut dalam rombongan kami..hahaha..

Poyalisa, view from the hill

In front of Cottage

Blue Sea & Blue Lagoon




















 























Setelah check-in, sambil menunggu makan siang kami berenang dan snorkeling di didepan lokasi penginapan kami.  

Snorkeling Team








Poyalisa - Under Water




Setelah puas snorkeling dan dilanjutkan dengan makan siang, kami segera memulai hopping islands di seputaran pulau Bomba. Pemandangan gugusan pulau pulau kecil, hamparan langit nan cerah, tarian awan berarak dan semburat putihnya yang mempesona mengiringi perjalanan kami. Sungguh suatu siang yang indah.



The Atolls

 

Kampung Suku Bajau (Bajo) dan Kearifan Lokalnya
Di pulau Saitu, salah satu pulau dimana suku Bajau (Bajo) tinggal, kapal bergerak agak menepi untuk memberi kesempatan kami mengambil gambar. 





Sebenarnya ingin sekali saya mengunjungi lokasi pemukiman suku Bajo di Pulau Malenge. Sebab disana ada jembatan yang sangat panjang yang menghubungkan antara dua pulau. Sayang lokasinya sangat jauh, sedangkan kapal yang kami gunakan adalah kapal biasa dan bukan speed boat.



Melihat dari dekat perkampungan suku Bajo ini saya jadi teringat sewaktu mengunjungi Kampung Luar Batang di Pelabuhan Sunda Kelapa beberapa waktu lalu. Jika melihat kondisi bangunannya, barangkali tidak terlalu jauh bedanya. Namun jika membandingkan kondisi kebersihannya terlihat sangat jauh bedanya. Barangkali kearifan lokal suku Bajo-lah yang membuat bangunan rumah-rumahnya yang terapung terlihat bersih di bawahnya, sehingga warna air laut di kepulauan Togean yang menakjubkan ini masih tetap bisa terjaga di sekitar perkampungan tsb.  


Bajo Village

Setelah melewati perkampungan suku Bajo, kapal segera melanjutkan perjalanan. Kami berhenti di sebuah spot yang dinamakan Katrin Reef untuk snorkeling. Sungguh menakjubkan pemandangan di sekitarnya, apalagi pemandangan bawah lautnya. Terus terang inilah pertama kalinya saya melihat air sebegitu jernihnya. Sebelumnya saya pernah snorkeling di beberapa pulau di sekitar Kepulauan Seribu, juga di Pulau Oar di Jawa Barat. Namun saya kira kejernihan air di Teluk Tomini ini sukar dicari tandingannya di pulau Jawa.


 Hijau tosca, blue turquoise, blue sapphire, entah warna apalah namanya untuk melukiskan keindahan perpaduan warna dan betapa jernihnya air laut di tempat tersebut. Terkadang malah warnanya terlihat seperti biru kristal Persia.  


Snorkeling @ Katrin Reef

Kapal segera melepas jangkarnya. Sebagian dari kami menghabiskan waktu dengan snorkeling dan sebagian yang lain memilih memancing dari atas kapal. Di spot ini banyak terdapat karang karang yang cukup tinggi untuk tempat kami berpijak. Sebagian kami, termasuk saya sendiri berenang tanpa mengunakan live vest/pelampung. Maka karang2 ini kami jadikan tempat berpijak jika sudah kelelahan berenang.

Amazing Under Water - Katrin Reef

Bikin lupa waktu

Mancing Mania

Tak terasa waktu kami lewatkan dengan snorkeling dan memancing di tempat tersebut. Mentaripun bersiap pulang ke peraduannya. Kami menikmati panorama senja dari atas kapal diantara gugusan kepulauan Togean.

Senja di Togean





Langit Senja Yang Menawan







































Selepas makan malam, bermandikan cahaya purnama kami berpesta lobster…

Full Moon - Lobster Party

Menjelang dini hari hujan turun dengan derasnya. Oya, di Poyalisa Cottage listrik hanya dinyalakan jam 6 sore sampai jam 10-11 malam. Maka ketika hujan lebat turun dan tidak ada penerangan kami agak bermalas-2 an untuk bangun dan melihat2 keluar bangunan cottage.

Dan benar saja, ketika kami keluar ternyata air lautnya naik dan menutupi pantai berpasir putih di sekeliling kami. Suara debur ombakpun terdengar dengan kerasnya. Padahal, sebelumnya di laguna ini airnya sangat tenang dan hampir tidak ada ombaknya.

Jalan menuju restoran/dermaga terendam air


Sambil menunggu air laut surut….it’s P*p Mie time.



Seorang Bapak -barangkali penghuni pulau Bomba- berbaik hati memanjat pohon kelapa dan memberikannya kepada kami. Air kelapanya manis lohhh…nggak seperti air kelapa di Pulau Tidung. 

Beruntung air laut segera surut. Lanjuuutttt….main pasir di pantai dan perahu-perahuan. 


Ritual Main di Pantai



 
Bersampan - Ria

Kelapa muda (lagi). Serasa kebon sendiri..hihihi...



















Tak terasa mengingat perjalanan pulang yang panjang, kami segera check-out dan meninggalkan pulau tersebut.  Seorang bule amerika dan pasangannya meminta ijin pada kami agar diperbolehkan utk menumpang kapal kami ke Ampana. Dari Ampana mereka berencana melanjutkan perjalanan ke Tanah Toraja.

Mereka sudah sembilan hari tinggal di Poyalisa. Sedangkan kami cuma satu malam (??) Ohhh….sungguh dunia ini sangat tidak adil….hehehe. Selama sepuluh bulan terakhir mereka berkelana ke negara2 di Asia Tenggara dan mereka adalah penyelam. Ketika saya tanyakan tempat mana yang paling indah di Asia Tenggara ini, Well -si bule Amerika ini- menjawab ‘Thailand’. Wah, saya sempat keqi juga. Masa sih, negara saya tercinta ini kalah sama negara yang lebih kecil. Namun dia segera melanjutkan, “but for underwater view, Indonesia is the best in the world, I think”. Hati saya langsung berbunga-bunga. Horeeee......Bravo Indonesia…..
Mudah2 an ini adalah pernyataan tulusnya, bukan karena takut nanti bakal kami turunin di tengah laut...hehe..


Dan berakhirlah kunjungan singkat kami di surga kecil bernama Poyalisa Cottage, sebuah tempat terpencil diantara gugusan kepulauan Togean yang lebih terkenal di manca negara ketimbang orang2 Indonesia sendiri.




Bye...Paradise.....



Para pegawai cottage yang ramah dan 2 orang bule melepas kepergian kami di dermaga Poyalisa.











Pulang

Poyalisa dan Pulau Bomba hanyalah sebagian kecil diantara luasnya Taman Nasional Kepulauan Togean. Semoga saya bisa kembali lagi kesana untuk berburu 999 keindahan di pulau2nya yang lain.













5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. mas tolong di share rincian budget dong, :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf baru baca. Tahun lalu per orangnya cuma sekitar 650 ribuan, mbak. Sudah termasuk travel Luwuk ke Ampana, sewa cottage, makan dan sewa perahu. Btw, ada juga postingan saya yg lebih baru, di resort yg berbeda. Silahkan baca yg judulnya Menjamah Surga Togean (lagi)

      Delete
  3. ......karang yang cukup tinggi untuk tempat kami berpijak. Sebagian kami, termasuk saya sendiri berenang tanpa mengunakan live vest/pelampung. Maka karang2 ini kami jadikan tempat berpijak jika sudah kelelahan berenang.....

    Duh kasian karangnya mas klo dinjak bisa rusak. untuk menumbuhkan 1 cm saja butuh puluhan tahun.
    Kalau memang belum jago snorkling mending memakai pelampung. aman dan nyaman
    karang aman dari kaki kaki jahil
    kaki anda pun aman dari bahaya racun dan gigitan hewan karang seperti moray ell, stone fish dll

    Tolong sekali mas jangan ulangi perbuatan anda, karena KARANG BUKAN TEMPAT BERPIJAK TETAPI KARANG MERUPAKAN RUMAH IKAN.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih nasehatnya Mas. Saya setuju banget mengenai terumbu karang yg harus kita jaga. Kalau Mas banyak membaca isi blog saya, saya juga sangat sedih dengan banyaknya terumbu karang kita yg rusak. Bukan cuma akibat dibom oleh pencari ikan. Dari siaran NatGeo atau BBC Chnnel sy juga baru tahu kalau global warming juga salah satu penyebabnya. Perbedaan suhu 1 degree saja sudah cukup membuat coral reefs mati.

      Sudah puluhan kali saya snorkeling dan batu karang yg berani saya injak bukanlah karang yg rapuh melainkan karang besar yang memang betul betul keras seperti batu granit. Kalau Mas sering snorkeling juga pasti Mas ngerti yg saya maksud. Apalagi karang hidup yg rapuh, saya juga nggak akan tega menginjaknya Mas.

      Anyway, thanks sudah mampir

      Delete