Friday, March 26, 2010

Kado Dari Sahabat

bapakku adalah orang pertama yang membawaku mengarungi dunia buku
bapak yang menyediakan begitu banyak buku untuk ukuran sebuah keluarga
yang tidak begitu  berada.
anak-anaknya –ketika masih kecil- belum tentu dibelikan mainan,
bahkan kalau kami merengek sekalipun
tetapi untuk buku, ia hampir pasti memberikan buku yang kami minta

saat masih kecil itulah awal perjumpaanku dengan old shatterhand dan winnetou,
tokoh rekaan karl may di padang prairi amerika yang bukunya saat ini ada di tanganmu
seperti kata goenawan mohamad, “buku-bukunya telah memberi sesuatu yang berharga
di masa remaja kita, yaitu keindahan dan kekuatan persahabatan…”
dua hal yang aku harap akan kamu temukan
saat membaca lembar demi lembar buku-buku ini
juga pada saat kita menjalani sisa hari yang terserak dalam kembara panjang
persahabatan kita

howgh!
sahabatmu
*************************************************************
Demikian surat pengantar dari sahabat saya, akan sebuah hadiah yang sangat berharga yang saya dapatkan sore ini, empat jilid novel (Tetralogi) Winnetou, sebuah karya pamungkas dari Karl May.
Kali ini saya tidak akan menceritakan isi buku ini karena saya memang belum membacanya (mungkin jika sudah selesai nanti akan saya tulis ‘review’ -nya). Saat ini saya akan sedikit bercerita mengenai sahabat saya yang satu ini.
Kami berkenalan saat satu kelas di kelas satu SMA, disatukan pula dalam sebuah organisasi kerohanian di sekolah dan kemudian jadi sering ‘runtang runtung’ berbarengan. Kami dipisahkan oleh jarak ketika saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Yogya.
Sempat melanjutkan romantisme persahabatan kami dengan saling berkirim surat. Namun Seiring waktu kami tenggelam dalam urusan masing-masing. Ketika kembali ke Jakarta, sempat runtang-runtung lagi dan kemudian ‘berjauhan’ lagi setelah masing2 disibukkan urusan pekerjaan dan  kami mulai menjalan kehidupan berkeluarga. Ada rentang waktu panjang dalam beberapa periode saya kehilangan komunikasi dengannya. Rentang waktu panjang yang juga saya sesali, dimana saat itu saya seakan kehilangan identitas diri.
Saat ini, saat saya merasa mulai ‘nyambung’ lagi dengannya merupakan momen yang tepat untuk menghidupkan kembali semangat persahabatan sejati kami, yang kami ikrarkan saat SMA dulu, yang tidak dapat ternilai dengan apapun.
Pribadinya sangat saya kagumi. Seorang yang berkarakter dan punya prinsip kuat dalam menjalani hidup ini. Membuat  saya malu bila berkaca dan melihat yang saya temukan pada diri saya hanyalah bayangan seorang yang tidak punya pendirian dan cenderung menjadi seorang hipokrit.
Kegemarannya membaca membuatnya seakan akan jadi ‘Tuan Segala Tahu’ dan membuat saya kerap terbengong bengong tidak mengerti. Ketajaman pena dan naluri  jurnalistiknya membuat saya malu jika ia membaca tulisan saya.
Pengalaman hidupku sangat pelangi, begitu yang pernah dikatakannya. Membawa kebaikan bagi orang2 di sekelilingnya. Memberi pencerahan bagi sekian banyak orang. Sementara saya tenggelam menjadi seorang yang egois, selalu menutup mata terhadap dunia sekitar, dan tidak pernah berbuat apapun bagi sesama.
Seolah, di masa ‘kejauhan’ kami, dia banyak mempelajari beragam hal dalam hidup ini dan memaknainya. Sedang saya cuma menyia-nyiakannya dan melewatkannya begitu saja.
Demikian sekilas mengenai sahabat saya yang saya kagumi. Yang membuat saya sangat beruntung mempunyai teman sepertinya.
Sekarang saya mau baca dulu buku pemberian darinya...yaa..

Sahabat…
Betapa bahagia berjumpa
Salamku…
Untuk berbagi beban
Kita saling mengisi
Tak perlu kita sendiri…..
(Sung by : KLA Project, satu dari band kesukaan kami berdua)

Kelak..kita wujudkan mimpi kecil kita
Bergenggam tangan erat saat menjejakkan kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa.




No comments:

Post a Comment