Wednesday, January 15, 2014

Real Adventure To Dondolang Coret (Tinalapu) - Bagian Ketiga (habis)


Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan.

Baru sekitar setengah lima sore mobil2 yang dimaksud datang menjemput kami. Rencananya Avanza dipergunakan untuk membawa enam orang driver ke Pagimana untuk mengambil mobil dan sebagian barang2 yang kami tinggal di penginapan. Mobil Hi-Lux bak terbuka dipergunakan untuk mengangkut 30 orang sisanya ke Salodik dalam dua rit.

Rombongan avanza segera berangkat dan Hi-Lux menyusul di belakangnya. Banyaknya barang yg dibawa rombongan kami membuat sebagian besar cowok2 yg berada di atas bak mobil harus duduk berkeliling di pinggiran bak mobil.

Another horror had just begun....(pasalnya perjalanan ke Salodik memakan waktu sekitar 2 jam)

Sisanya yg sebagian besar cewek2 tetap tinggal dan menunggu mobil pick-up kembali untuk menjemput kami.Beberapa dari kami yang tetap tinggal mencari kesibukan dengan berjalan2 di sekeiling desa terpencil ini. Pertama-tama kami menghampiri tempat pembuatan perahu nelayan. Kemudian kami coba kembali ke dermaga untuk melihat kondisi ombak di laut.

Lantaran ombak dan angin sedikit mereda, perantara kapal kami menawarkan sekali lagi untuk menempuh perjalanan lewat laut, ketimbang menunggu mobil pick-up kembali menjemput kami. Namun kami tidak berani menempuh resikonya. Lebih baik menunggu mobil pick up kembali menjemput meskipun harus menunggu lama.

Kembali lagi ke rumah sang nakhoda, kami mencoba membunuh waktu dengan bermain kartu. Seru juga ternyata main kartu dengan anak2 abg. Saya yg paling tua namun berjiwa paling muda (husshh...dilarang protes!)  jadi bahan bulan bulanan karena kalah terus terusan (sssstttttttttttt....sebenarnya saya sengaja ngalah, biar yg lainnya pada seneng).

di tempat pengungsian

Sebagian yang lainnya memilih untuk tidur sambil membayangkan kira2 jam berapa kami bisa tiba di camp tercinta lagi.


Mana badan dan rambut masih lengket karena belum mandi sehabis berenang di Tinalapu.

Siangnya tadi waktu saya pipis di semak2 di seberang rumah, saya sempat kaget mendapati si otong masih diselimuti oleh pasir putih (hahaha...).


Sekitar jam 9 malam pick up yang menjemput kami tiba. Kami segera pamit kepada pemilik rumah karena telah diperbolehkan menumpang dan berbuat kegaduhan di kampung tsb. Mulai dari jadi pusat perhatian masyarakat dalam perjalanan dari dermaga, jadi tontonan anak2 kecil dari balik pagar rumah (gini kali rasanya jadi monyet di kebon binatang ye?), sampai berisiknya suara kami ketawa cekikikan saat pada main kartu.

09.00 pm.
Kami semua naik ke atas bak mobil dan mencoba menyusun formasi duduk.

Dan dimulailah penderitaan ini...........

Coba bayangkan! Bak mobil terbuka tersebut harus bisa mengangkut 15 orang lengkap dengan tas tas dan barang bawaan masing2. Untungnya barang yang besar2 sudah dibawa oleh rombongan pertama. Meskipun demikian, tetap saja menyengsarakan. Saking sempitnya kami duduk berhimpitan, maka bagian tubuh kami beradu satu dengan yg lain. Lutut ketemu lutut, kaki ketemu kaki dan pantat ketemu pantat (masih mendingan- lah, daripada pantat ketemu hidung). Bergerak saja susah, apalagi kalo ingin bergeser.

Kemudian moda angkutan yang sangat tidak direkomendasikan oleh badan keselamatan transportasi nasional ini segera membelah hutan dan perkebunan menuju Salodik.

Untung ada yg ngambil gbrnya. Biar ngga dibilang hoax..

Lutut yang musti ditekuk jelas bikin kesemutan dan pinggang terasa pegal. Apalagi ketika melewati jalan yang rusak dan berlubang. Pantat langsung beradu dengan lantai dek besi yang keras. Saat sang supir berhenti sejenak di salah satu rumah penduduk kami gunakan untuk mencoba merubah formasi duduk. Celakanya untuk sebagian orang posisinya malah tambah parah..hahaha..

Untuk sedikit meringankan penderitaan kami secara dadakan saya, Khrisna dan Yadi segera membentuk paduan suara dengan nama 'Trio Ambisi' (yang kasih nama Neng Wulan nih). 


Demikianlah, perpaduan antara deru mesin mobil, gesekan ban dengan jalanan, suara gesekan dedaunan yg tertiup angin, suara jangkrik, kumbang dan hewan hewan malam lainnya, dengan suara sumbang Trio Ambisi dan backing vocal Joanne berhasil menyemarakkan malam dengan menghasilkan sebuah orkestra yang ajaib (hihihi...)

Beberapa tetes air sempat jatuh dari langit. Untungnya hujan tidak turun malam itu. Kalau saja hujan turun saat itu juga, bakal lengkap sudah penderitaan..

Mungkin ini merupakan pengalaman sekali seumur hidup buat kami. Namun di daerah pedalaman sana atau di negara2 miskin, barangkali ada orang2 yg terbiasa dengan kondisi berjejalan diatas mobil bak seperti ini dikarenakan terbatasnya moda transportasi.

Tak terasa hampir dua jam kami melewati penderitaan ini (pale loe tak terasa !) sampai  kemunculan para penyelamat kami, yaitu mobil2 sewaan kami yang telah diambil oleh rekan2 kami dari Pagimana.

Kami segera transfer ke mobil2 tsb dan berakhirlah penderitaan diatas mobil bak terbuka tsb (hela nafas panjang).

Pertemuan kembali seluruh peserta rombongan kami di depan warung pertigaan salodik sungguh sangat mengharukan dan menghebohkan. Tengah malam yang semestinya hening itu diributkan dengan kedatangan kami dengan saling bertukar cerita dan pengalaman. Mulai dari supir avanza yang bawa mobil seperti orang yang kebelet boker sampai penumpangnya pada mual mual, penumpang pick up kloter pertama yang duduk di bibir bak mobil dengan kedua tangan yg harus berpegangan kuat pada bibir bak mobil selama dua jam, ada yang muntah muntah, namun ada pula yg menganggapnya sebagai bagian dari wisata dengan menyempatkan beli mangga di pinggir jalan untuk oleh oleh. 

Nasi bungkus yang sudah dipesankan terlebih dahulu oleh rekan2 yg menunggu di Salodik segera kami makan sebelum melanjutkan perjalanan pulang. 

Lengket sekali niyy badaaannn...
Sungguh pengen banget ngeguyur tubuh (ngebayangin mandi dengan shower di camp).

Sekitar dua jam kemudian kami tiba di camp. Berita soal pemblokiran jalan yg kembali terjadi ternyata tidak ada. Pagar pintu masuk ke camp yang tertutup membuat kami harus menunggu cukup lama sebelum masuk ke camp. Ternyata meski sudah di depan mata pun kami masih menemui rintangan. Beberapa diantara kami terpaksa harus mengambil mobil proyek dan menjemput kami dengan jalan memutar dari gerbang utama.

finally....camp sweet camp....

Segala puji bagiNya yang memberi kami keselamatan hingga kembali ke camp tercinta.


Sekitar jam dua dini hari kami baru masuk ke camp. Perjalanan yg paling melelahkan selama ini. 
Saya segera mandi, sholat dan tidur sejenak karena jam 6 pagi harus sudah mulai bekerja..

Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz................................................................(ehhh...subuhnya kesiangan !!!!!!!!!!!!)


Uso, hari ke 15 di tahun 2014



Special Thanks To :


-  Keluarga nakhoda kapal, pemilik rumah yang kami singgahi di Tanjung Jepara. Rumahnya mendadak ramai jadi tempat pengungsian.
-  Restoran dan Penginapan Ester di Pagimana, langganan kami yang rela paket makan siangnya kami batalkan. 

-  Pemilik kendaraan pick up dan avanza yang mengevakuasi kami dari Tanjung Jepara, meski kami sedkit keberatan dengan harrga sewanya.

- Teman teman seperjalanan yang tidak banyak mengeluh, saling membantu dan rela berkorban untuk teman2 yg lain. That was the best team building ever...























No comments:

Post a Comment